kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga cengkeh menekan produsen rokok


Kamis, 03 Januari 2013 / 09:35 WIB
Kenaikan harga cengkeh menekan produsen rokok
ILUSTRASI. Mengenal Penyakit Busuk Batang pada Tanaman Pangan dan Cara Mengatasinya.


Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Di pengujung 2012, harga cengkeh merangsek naik hingga Rp 110.000 per kilogram (kg). Kondisi ini turut menekan para produsen rokok, terutama perusahaan berskala kecil dan menengah, yang kini berjumlah 1.500 perusahaan. Alhasil, tak sedikit perusahaan yang terancam gulung tikar lantaran tidak bisa secara tiba-tiba menaikkan harga jual rokok.

Heri Susianto, Ketua Harian Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi) mengatakan, rata-rata produsen rokok kretek anggotanya adalah kelas usaha kecil menengah (UKM). Mereka sulit mengerekĀ  harga jual rokok karena harus bersaing dengan perusahaan besar yang bermodal kuat dan mampu mengatur harga jual produk menjadi lebih murah.

Oleh karena itu, Heri mendesak pemerintah segera turun tangan menyelesaikan persoalan ini. "Seharusnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang harga rokok untuk setiap golongan produsen," ungkap Heri kepada KONTAN, Rabu (2/1).

Melihat kondisi ini, Formasi khawatir para anggotanya akan semakin banyak yang gulung tikar. Sebagai catatan, jumlah produsen rokok kretek di Indonesia selama 2009 mencapai 2.500 perusahaan. Kini sudah menyusut menjadi hanya 1.500 perusahaan.

Dari tiga jenis rokok yang beredar di pasaran yakni kretek filter, kretek non filter dan putih filter, kebutuhan cengkeh masing-masing produk berbeda. Kebutuhan atau kandungan cengkeh untuk rokok kretek filter 18%-20%, sementara kretek non filter membutuhkan cengkeh lebih banyak, yaitu sekitar 30%-40%.

Saat ini, harga jual rokok kretek berkisar Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per bungkus. Dengan harga tersebut, perusahaan rokok UKM sejatinya masih dapat bertahan karena tidak tersaingi dengan produsen rokok skala besar.

Bila produsen rokok ketar-ketir atas kenaikan harga cengkeh, para petani cengkeh justru menikmati berkahnya. Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) menyebutkan, harga rata-rata cengkeh secara nasional di akhir 2012 hingga saat ini senilai Rp 110.000 per kg. Bahkan sebelum memasuki musim panen yang jatuh pada Maret 2012, harga cengkeh sempat melejit hingga Rp 150.000 per kg. Bagi kalangan industri, harga cengkeh ideal senilai Rp 60.000 hingga Rp 70.000 per kg.

Sutarjo, Ketua APCI mengakui, petani senang dengan harga jual cengkeh saat ini. Sebab, harga pokok produksi (HPP) untuk cengkeh selama 2012 adalah Rp 75.000 per kg, naik dibandingkan 2006 yang hanya Rp 30.000 per kg. Harga cengkeh sempat mencapai rekor di Rp 300.000 per kg pada 2011. Harga melonjak karena curah hujan tinggi sehingga produksi cengkeh anjlok. Otomatis, "Harga melambung tinggi," ujar Sutarjo.

Pada 2012, produksi cengkeh mencapai 100.000 ton, meningkat 614,29% dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 yang hanya seberat 14.000
ton. Sedangkan tahun 2010, produksi cengkeh seberat 60.000 ton. Kebutuhan cengkeh nasional rata-rata 100.000 ton per tahun.

Soal data produksi, ternyata ada perbedaan antara versi APCI dan publikasi pemerintah. Di 2011, misalnya, pemerintah mengklaim produksi cengkeh mencapai 110.316 ton.

Hasan Aony Aziz, Kepala Hubungan Masyarakat Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) menilai, kenaikan harga cengkeh tentu mempengaruhi kinerja produksi industri rokok kretek Tanah Air. Sebab, selain tembakau, cengkeh adalah bahan baku rokok yang tidak bisa ditinggalkan. Sebagai catatan, para produsen rokok berskala besar bernaung dalam Gappri. "Ciri rokok kretek ya pada cengkeh itu," tutur Hasan, tanpa bersedia menyebutkan kemungkinan menaikkan harga rokokĀ  di tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×