Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Tingginya harga daging sapi menimbulkan efek domino. Para pedagang makanan berbasis daging sapi seperti penjual bakso turut tertekan dengan kondisi ini.
"Kami terpukul dengan tiga kasus. Selain harga daging sapi mahal, ada isu bakso sapi dicampur daging babi hutan. Selain itu, banjir," kata Ketua Umum Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (Apmiso) Tri Setyo Budiman, Selasa (22/1).
Pada pertengahan Desember lalu, Apmiso mencatat jumlah pedagang bakso di wilayah Jabodetabek berkurang hingga 50% dari total sekitar 50.000 pedagang. Bahkan, omzet para penjaja bakso sapi anjlok hingga mencapai Rp 7,5 miliar per hari akibat merebaknya isu campuran daging babi hutan serta tingginya harga daging sapi di pasaran.
Seperti diberitakan sebelumnya, para penjual daging sapi yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia resah akibat harga daging sapi melonjak hingga Rp 100.000 per kg (KONTAN 14 Januari 2013).
Pemerintah meminta para pelaku usaha tetap tenang menyikapi kenaikan harga daging sapi. Toh, harga daging sapi diprediksi tidak akan melampaui Rp 100.000 per kg. Harga ini sudah menjadi batas maksimal bagi daya beli konsumen dalam negeri.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, masyarakat memiliki batasan untuk membeli produk. "Harga saat ini sudah berada di level tertinggi untuk masyarakat," kata dia, Selasa (22/1). Bayu meragukan harga daging sapi terus melambung meski suplainya terbatas.
Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) mencatat, stok sapi bakalan untuk pasokan Jabodetabek siap potong akan habis pada Januari ini. Stok sapi bakalan di kandang penggemukan di Jabodetabek kini 18.000 ekor. Padahal, sapi impor yang dipasok Januari ini baru dapat dimanfaatkan pada tiga hingga empat bulan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News