kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan tarif listrik ganjal ekspor tekstil


Jumat, 05 September 2014 / 10:49 WIB
Kenaikan tarif listrik ganjal ekspor tekstil
ILUSTRASI. harga emas Antam turun Rp 1.000 menjadi Rp 1.084.000 per gram pada hari ini (21/3)


Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kenaikan biaya jasa pelayanan pelabuhan di Tanjung Priok Jakarta bakal berpengaruh bagi pertumbuhan ekspor tekstil tahun ini. Kondisi semakin sulit ketika pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) lanjutan pada 1 September 2014.

Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memproyeksikan, ekspor tekstil tahun ini kurang lebih sama dengan ekspor tahun lalu. "Sampai akhir tahun ini, kami memperkirakan ekspor sekitar US$ 12,6 miliar. Hampir sama dengan tahun lalu," terang Ade kepada KONTAN, Kamis (4/9).

Menurut Ade, ekspor tekstil tahun ini susah naik karena ada tambahan beban perusahaan. Pertama, kenaikan beban dari biaya pengiriman. Hal ini terjadi karena kenaikan tarif jasa jasa pelabuhan di Tanjung Priok. Kedua, kenaikan komponen biaya produksi akibat kenaikan tarif listrik sekitar 40% tahun ini. 

Ade mengklaim pada semester I tahun lalu, kinerja industri tekstil masih cukup melegakan. Dampak kenaikan tarif listrik dan jasa pelabuhan akan terasa memberatkan pada semester II-2014. 

Kinerja ekspor yang seret ini setidaknya tampak dari kinerja pertumbuhan ekspor salah satu emiten tekstil, PT Eratex Djaja Tbk. Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode ERTX ini hanya mencatat kenaikan ekspor tipis 0,35% menjadi US$ 28,7 juta dari realisasi waktu yang sama tahun lalu sebanyak US$ 28,6 juta. 

Tak hanya di pasar ekspor, Ade memproyeksikan, penjualan tekstil di pasar domestik juga tidak mengalami perubahan banyak pada semester II-2014. Selain karena naiknya tarif listrik, penerapan pajak sebesar 10% untuk produk pertanian bisa mempengaruhi penjualan tekstil. 

Dia memperkirakan, sampai akhir tahun ini, penjualan tekstil di pasar lokal sekitar Rp 70 triliun. "Kurang lebih tidak ada peningkatan karena pertumbuhan ekonomi juga lebih kecil dibandingkan inflasi," terang Ade.

Namun begitu, Ade menyelipkan sedikit harapan kenaikan penjualan tekstil saat moment Natal dan Tahun Baru. Walaupun kenaikan permintaannya tak seperti Lebaran, setidaknya Ade berharap kenaikan penjualan itu bisa melipur lara.

Adapun pilihan menaikkan harga saat ini masih menjadi pertimbangan Ade. Sebab, kenaikan harga sama dengan menurunkan daya saing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×