Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga properti yang terus menanjak tidak cuma membawa berkah bagi pengembang properti. Tapi juga bagi para pemasok bahan bangunan.
Berdasarkan riset Bank Indonesia baru-baru ini tentang indeks harga properti, harga rumah anyar di kuartal II-2014 naik tipis 1,69% dibanding harga kuartal I tahun ini. Nah, salah satu faktor kenaikan harga rumah adalah naiknya harga bahan bangunan yang berkontribusi sekitar 32,11% dari harga properti.
Ini tentu membawa bekah produsen semen seperti PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Menurut Diah Sasanawati, Manajer Komunikasi Korporasi Holcim Indonesia, pihaknya memang mengakui ada efek positif dari kondisi tersebut. Padahal, kenaikan harga produk semen Holcim dari awal tahun sampai akhir semester satu tahun ini cuma 3% saja. Tapi efeknya cukup besar bagi kinerja.
Lihat saja, pendapatan produsen semen ini di semester satu 2014 naik 10% dari periode serupa tahun lalu. "Pendapatan SMCB sebesar Rp 4,93 triliun di semester I ini,” katanya ke KONTAN, Rabu (3/9).
Sayangnya, kenaikan penghasilan ini harus dipakai untuk menutup lonjakan biaya distribusi serta kenaikan tarif listrik. Akibatnya laba Holcim terpangkas tipis 3,8% di semester I-2014 menjadi Rp 449 miliar. Untungnya, "Penguatan nilai tukar rupiah di semester I bisa mempersempit turunnya laba bersih perusahaan," tambah dia.
Selain pendapatan, volume produksi semen Holcim selama enam bulan pertama 2014 juga naik. "Sama yakni 3%. Berjalan seimbang," ucapnya.
Diah memproyeksikan di paruh kedua tahun ini, masih bisa terjadi lonjakan harga semen sampai akhir tahun ini. Sayangnya, dia tidak memerinci proyeksi kenaikan harga semen tersebut. Yang jelas, lonjakan harga ini terpicu oleh membengkaknya biaya produksi. Salah satunya adalah kenaikan tarif listrik.
Beruntung manajemen bisa memangkas biaya distribusi. Tanpa menyebut perinciannya, ia menuturkan mulai beroperasinya pabrik Tuban I pada pertengahan Juni 2014, bisa memangkas biaya pendistribusian semen ke pasar di wilayah Jawa Timur serta luar Jawa, seperti wilayah Kalimantan.
Nah, untuk memaksimalkan pasar di wilayah ini, Holcim tengah membangun pabrik Tuban II. Apalagi perusahaan asal Swiss ini sudah mendapatkan pinjaman jangka panjang sebesar Rp 2,62 triliun.
Pabrik Tuban II ini ditargetkan bisa rampung tahun depan. Bila pabrik ini beroperasi, bisa menambah kapasitas produksi Holcim sebesar 1,7 juta ton per tahun.
Selain itu, SMCM juga tengah membangun pabrik semen anyar di Lampung. Sama seperti Tuban II, target beroperasi pabrik ini juga tahun depan. Nantinya, pabrik di Lampung ini bakal memasok pasar semen di Sumatera. Sejauh ini, pasokan masih dari pabrik Tuban I.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News