Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. Perusahaan pembuat pesawat terbang pelat merah, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) berniat meningkatkan pangsa pasar untuk perbaikan, pemeliharaan, dan overhaul alias maintenance, repair and overhaul (MRO) pesawat SuperJet. PTDI menargetkan bisa menaikkan pangsa pasarnya dari 5% saat ini menjadi 30% di bisnis MRO SuperJet di Indonesia.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan, perusahaannya akan menggandeng Sukhoi Civil Aircraft, pabrik Sukhoi SuperJet 100. Kini SuperJet telah memilih PTDI untuk melakukan MRO di Indonesia. Sayang, Budi menolak memberikan informasi tentang berapa besar investasi yang ditanam SuperJet di PTDI. "Yang jelas, SuperJet akan menyediakan suku cadang," kata Budi, Selasa (24/8).
Dengan ketersediaan suku cadang, PTDI akan mampu melakukan MRO keseluruhan jenis pesawat terbang SuperJet. Budi bilang, hal itu terkait minat maskapai Kartika Airlines menyerahkan proses perawatan 30 pesawat Sukhoi SuperJet (SSJ)-100 buatan Rusia yang dibeli maskapai itu senilai Rp 7,6 miliar.
SSJ-100 adalah pesawat penumpang jarak menengah yang dikembangkan Sukhoi bekerjasama dengan Amerika Serikat dan Eropa. Pengiriman pesawat akan dilakukan antara tahun 2012 hingga 2015. "Kami memiliki tiga tahun untuk mempersiapkan lokakarya dan hanggar MRO," cetus Budi meyakinkan. Budi juga mengakui bahwa PTDI butuh waktu setahun untuk menyiapkan lini perawatan pesawat jet berpenumpang 98 orang tersebut.
Sekadar catatan, fasilitas hanggar yang ada di PTDI mampu menampung sekaligus empat unit pesawat berbadan sedang (narrow body), seperti Boeing 737 dan Sukhoi SuperJet 100. PTDI menangani proses perawatan pesawat Boeing dari berbagai maskapai di Tanah Air. Kedepan,
PT DI akan melakukan ekspansi dengan membangun hanggar baru di Jawa Barat. Perusahaan sudah menyiapkan dana US$ 1 juta guna keperluan investasi tersebut.
Berdasarkan data Indonesia Aircraft Maintenance Shop Association (IAMSA), total pengeluaran perawatan pesawat pada tahun ini mencapai US$ 750 juta. Namun, hanya sekitar 30% atau US$ 250 juta yang dipakai di dalam negeri, sisanya perawatan pesawat dilakukan di luar negeri.
Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu yakin kinerja industri strategis termasuk PTDI tahun ini akan mulai bagus. "Kami optimistis kinerja BUMN industri strategis mulai tahun ini membaik dengan target laba bersih menjadi sekitar Rp 1,1 triliun, atau tumbuh dari proyeksi laba 2009 yang hanya sekitar Rp 740 miliar," kata Said.
Tahun lalu, PTDI mulai membukukan keuntungan Rp 117,08 miliar. Padahal tahun 2008, perusahaan masih merugi hingga Rp 84,34 miliar.
Fitri Nur Arifenie
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News