kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   11.000   0,58%
  • USD/IDR 16.358   57,00   0,35%
  • IDX 7.287   95,00   1,32%
  • KOMPAS100 1.038   11,82   1,15%
  • LQ45 788   8,41   1,08%
  • ISSI 242   4,64   1,96%
  • IDX30 408   5,59   1,39%
  • IDXHIDIV20 466   2,70   0,58%
  • IDX80 117   1,36   1,18%
  • IDXV30 118   0,01   0,01%
  • IDXQ30 130   1,58   1,23%

Dibanding Impor Boeing 777 dari AS, Pengamat Ungkap Garuda Perlu Pesawat Jenis Ini


Kamis, 17 Juli 2025 / 19:56 WIB
Dibanding Impor Boeing 777 dari AS, Pengamat Ungkap Garuda Perlu Pesawat Jenis Ini
ILUSTRASI. Pesawat Garuda bersiap lepas landas di Bandara Sultan Babullah Ternate, Maluku Utara, Kamis (28/11/2024). Pemerintah resmi menurunkan harga tiket pesawat domestik hingga 10 persen yang berlaku selama 16 hari periode Natal dan Tahun Baru, terhitung mulai 19 Desember 2024 sampai 3 Januari 2025 di seluruh Bandara di Indonesia, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto guna mengurangi beban harga tiket pesawat serta meningkatkan aktivitas pariwisata dalam negeri. ANTARA FOTO/Andri Saputra/YU


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah Indonesia untuk mengimpor pesawat Boeing, mayoritas jenis Boeing 777 dari Amerika Serikat (AS) untuk Garuda Indonesia, sebagai salah satu timbal balik atas turunnya tarif resiprokal menurut pengamat penerbangan Gatot Rahardjo kurang tepat.

Gatot beralasan, 777 adalah jenis pesawat besar yang digunakan penerbangan internasional, lintas negara dan lintas benua. Sementara, untuk memenuhi demand di dalam negeri, Indonesia lebih membutuhkan pesawat narrow body, atau pesawat berbadan sempit.

"Pesawat yang diperlukan itu seharusnya yang jenis narrow body dan komuter seperti B737, A320, ATR, Chessna, N219," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (17/07).

Meski begitu, ia mengatakan Garuda Indonesia Grup, sebagai perusahaan plat merah penerbangan Indonesia memang masih membutuhkan tambahan pesawat.

"Walaupun harus dengan perhitungan yang cermat agar bisnis maskapai justru tidak turun karena load factor turun. Jadi harus dijaga juga mempertimbangkan profit," ungkapnya.

Baca Juga: Indonesia Impor 50 Pesawat Boeing, Garuda Akan Jadi Penerima Terbesar

Hal serupa juga diungkap pengamat penerbangan Alvin Lie, menurutnya meski Trump melakukan klaim atas pembelian pesawat dari Indonesia mayoritas Boeing 777, kombinasi paling memungkinkan lainnya adalah B737 dan B787.

"50 pesawat tidak semuanya B777. Sebagian bisa B737 dan mungkin juga B787. Ini (impor) tidak sekaligus. Bertahap," kata dia.

Alvin juga menjelaskan, jika telah masuk dalam salah satu pertimbangan bilateral dengan AS, maka produk pesawat ini hampir dipastikan hanya untuk Garuda Indonesia.

Baca Juga: Negosiasi Tarif AS, Prabowo: Indonesia akan Beli Pesawat Boeing untuk Besarkan Garuda

"Kemungkinan pesawat-pesawat tersebut hanya untuk Garuda Group," kata dia.

Dalam proses impor pesawat, Alvin mengatakan "pembelian" yang dimaksud oleh Trump bukan berarti secara harafiah Garuda Indonesia membeli secara utuh pesawat Boeing tersebut.

"Sistemnya juga bukan beli langsung. Lazimnya airlines menyatakan kebutuhan pesawat. Nanti, perusahaan leasing yang akan beli dengan ikatan bahwa airlines akan mengikatkan diri untuk menyewa pesawat-pesawat tersebut dalam waktu yang ditentukan," jelasnya. 

Baca Juga: Garuda Indonesia Buka Suara Soal Impor Pesawat Boeing dari AS

Selanjutnya: Bank Jakarta Siap Dukung Persija Arungi Super Liga 2025-2026

Menarik Dibaca: 7 Kandungan Skincare untuk Menghilangkan Jerawat Batu yang Aman dan Efektif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×