Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penandatanganan kerjasama pembangunan industri panel surya antara Indonesia dan Singapura bakal dilakukan Kamis ini (16/3).
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, penandatanganan kerjasama direncanakan akan dilakukan saat kunjungan Presiden Joko Widodo ke Singapura.
"Kemarin rapat kedua finalisasi tapi targetnya itu ditandatangani pada saat Presiden ke sana, hari ini," kata Dadan ditemui di Kementerian ESDM, Kamis (16/3).
Dadan menyebut, rencana investasi ini akan memberikan dampak yang positif bagi Indonesia. Dengan sumber daya energi terbarukan yang tinggi maka dibutuhkan pabrik panel surya dialam negeri.
Nantinya, Indonesia diharapkan memiliki pabrik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terintegrasi dari hulu ke hilir. Dengan demikian, kondisi ini juga dapat menekan angka impor komponen PLTS.
Baca Juga: Butuh Kebijakan Tepat, Perkembangan Energi Terbarukan Indonesia Masih Rendah
Menurutnya, rencana pembangunan pabrik PLTS secara end to end telah digaungkan sebelumnya. Bahkan, Kementerian ESDM disebut telah melakukan pertemuan dengan calon investor untuk pembangunan pabrik kaca yang merupakan salah satu komponen untuk panel surya.
"Pak Menteri sudah terima salah satu calon investor yang ingin membangun itu di Bangka Belitung. Iya benar (Xinyi Solar Energy)," imbuh Dadan.
Dadan melanjutkan, lewat kerjasama dengan Singapura diharapkan dapat menciptakan sejumlah pabrik PLTS di dalam negeri. Meski demikian, pihaknya belum bisa merinci berapa besaran nilai investasi dari kerjasama ini.
Pembangunan industri panel surya diperkirakan memakan waktu dua tahun sejak kesepakatan diteken nantinya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, penandatanganan persetujuan tersebut akan dilaksanakan pada pekan ini.
"Kami akan sign agreement dengan pemerintahan Singapura, this week. Terkait solar panel industry, sehingga nanti akan end to end," tutur Luhut.
Luhut menyebut, proyek memiliki potensi nilai hingga US$ 50 miliar.
Dengan adanya penandatanganan ini, Indonesia diharapkan mampu memproduksi solar panel sendiri, bahkan hingga baterai.
Sehingga nantinya, ekspor yang dilakukan Indonesia bukan hanya terbatas pada bahan mentah saja, tetapi bahan jadi. Tentu ini akan mendongkrak nilai ekspor Indonesia.
Selain dari sisi ekonomi, Luhut juga yakin, upaya ini akan memperkuat landasan Indonesia untuk menuju lingkungan yang lebih hijau.
"Jadi, Indonesia tidak bisa kembali ke 10 tahun lalu, yang hanya ekspor barang mentah. Negara-negara lain tidak bisa membodohi kita sekarang," tandasnya.
Baca Juga: Indonesia-Amerika Serikat Teken Kerjasama Energi Bersih
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News