kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keterbatasan ruang pameran jadi kendala bisnis pameran


Kamis, 14 Juli 2011 / 15:05 WIB
Keterbatasan ruang pameran jadi kendala bisnis pameran
ILUSTRASI. KSPI ungkap 7 alasan tolak omnibus law cipta kerja dan lakukan mogok nasional.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Perkembangan bisnis pameran di Indonesia masih terkendala terbatasnya jumlah tempat pameran. Selain itu infrastruktur, regulasi juga kerap menghambat kelancaran pameran yang digelar. Seperti pengiriman barang pameran dari luar negeri terkadang tertahan di bandara dan pelabuhan.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Effi Setiabudi mengatakan, jumlah tempat pameran untuk perhelatan skala internasional di Indonesia memang masih sangat terbatas. Sebagai contoh, untuk DKI Jakarta hanya ada dua tempat yaitu di Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran dan Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.

"Kita tidak bisa menggelar banyak pameran karena tempatnya terbatas," kata Effi usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Thailand Exhibition Association (TEA), Rabu (14/7).

Effi mengatakan, selain di Jakarta, tempat pameran yang besar ada dua lokasi di Surabaya dan satu lokasi di Yogyakarta. Luas pamerannya di seluruh Indonesia hanya sekitar 300.000 meter persegi (m2). Padahal menurut Effi, Indonesia merupakan negara yang besar dan potensial untuk mengadakan pameran internasional.

Pada tahun 2010, Effi mengatakan jumlah pameran yang digelar di Indonesia sekitar 160 pameran. Tahun ini, dengan posisi Indonesia sebagai ketua Asean jumlah pameran yang digelar meningkat signifikan.

Hingga akhir tahun, Effi mengatakan peningkatannya bisa mencapai 30% dari tahun lalu. Sayangnya nilai pendapatan pameran di Indonesia menurut Effi belum tercatat dengan baik. Namun bisnis pameran menurutnya sangat penting karena memberikan multiplier effect seperti pada bisnis penginapan, makanan dan wisata.

Effi berharap kerjasama dengan TEA dapat dimanfaatkan oleh perusahaan pameran di Indonesia sebagai media untuk belajar dan terus mengembangkan diri. Dalam kerjasama itu, kedua asosiasi sepakat untuk melakukan kolaborasi bisnis yang menguntungkan dan membangun komunikasi yang lebih erat.

Sekadar catatan, Thailand merupakan negara di Asean yang paling maju dalam bisnis pameran. Sedangkan Indonesia hanya menduduki urutan ke empat setelah Malaysia dan Singapura.

Supawan Teerarat, Director of Exhibition Department of Thailand Convention and Exhibition yang membawahi TEA mengatakan pada tahun 2010, pameran yang dilakukan di Thailand telah dikunjungi oleh 673.585 orang dengan total pendapatan yang diperoleh mencapai 55,06 miliar baht.

Sedangkan pada tahun ini ditargetkan mampu menyedot sebanyak 720.000 pengunjung dengan pendapatan 57,6 miliar baht. "Pendapatan pameran juga diperoleh dari penginapan dan makanan," kata Supawan.

Menurut Supawan, untuk menarik pengunjung dari luar negeri mereka menawarkan berbagai macam insentif. Salah satunya adalah insentif US$ 100 untuk tiap orang yang datang secara kelompok minimal 15 orang. Selain itu, para pengunjung dan peserta pameran juga diberi fasilitas menginap gratis selama satu malam. Para pengunjung dan peserta pameran dari negara lain juga dibantu dengan proses pengurusan visa yang lebih cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×