kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KFC akan tambah gerai di luar Jabodetabek


Selasa, 26 Januari 2016 / 11:16 WIB
KFC akan tambah gerai di luar Jabodetabek


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Banyak pebisnis yang menargetkan pertumbuhan bisnis moderat tahun ini, seperti PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST). Pemegang waralaba restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) ini memproyeksi pertumbuhan bisnis 10% sepanjang tahun ini.

Dengan target tersebut, Justinus D. Juwono, Direktur Keuangan Fast Food Indonesia kepada KONTAN, Senin (25/1) menyebut tahun ini menargetkan pendapatan Rp 5,06 triliun. Tahun lalu, FAST membukukan pendapatan Rp 4,6 triliun. Target bisnis tersebut, mengacu pada kondisi daya beli masyarakat yang diprediksi masih belum sepenuhnya membaik.

Untuk mengejar target tersebut, Fast Food berencana menambah 30 gerai sampai 40 gerai KFC baru tahun ini. Untuk merealisasikannya, perusahaan ini sudah anggarkan belanja modal Rp 300 miliar. Mayoritas untuk penambahan gerai selain renovasi gerai yang sudah ada.

Kali ini, ekspansi gerai lebih banyak berada di luar area Jabodetabek. Bisa di Jawa atau luar Jawa seperti Indonesia Tengah dan Timur. Nah, sekitar 60% dari total tambahan gerai tahun ini bakal berada di luar Jawa. "Kami masih memetakan lokasi untuk pembukaan gerai baru," ucapnya.

Yang jelas bentuk gerai bakal beragam. Bisa gerai mini yang ada di ruko atau bisa juga di pusat belanja hingga di area makanan (food court).

Meski bakal tambah gerai, Juwono bilang bahwa pihaknya menargetkan total transaksi penjualan tahun ini bakal sama dengan tahun lalu yakni ada 90 juta transaksi. Selain itu pihaknya juga masih memperkirakan bakal terjadi kenaikan harga pokok penjualan pada tahun ini.

Penyebabnya, sama dengan tahun lalu, adalah kenaikan bahan baku impor yang sejalan dengan kondisi kurs rupiah yang masih lunglai.

Tahun lalu, selain imbas kurs dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP), Fast Food Indonesia terpaksa mengerek harga pokok penjualan 2%-3%. Meski begitu, perusahaan ini belum berani mengerek harga jual ke konsumen lantaran daya beli masyarakat yang tertekan tahun lalu.

Imbasnya bisa ditebak. Margin bisnis Fast Food Indonesia tergerus 2%-3% tahun lalu.

Harga bisa naik

Nah, untuk tahun ini, manajemen Fast Food akan melihat tren konsumsi masyarakat selama satu sampai dua bulan ini. Jika memungkinkan,  perusahaan ini berencana mulai mengerek harga jual supaya margin bisnis tidak terlalu tergerus. "Kami harap penurunan margin tahun ini bisa lebih rendah dibandingkan 2015. Sehingga ada perbaikan," jelas Juwono.

Langkah lainnya adalah efisiensi usaha. Seperti mengetatkan biaya operasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×