kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KIAS target raup Rp 480 miliar di semester-I


Kamis, 12 Juni 2014 / 14:32 WIB
KIAS target raup Rp 480 miliar di semester-I


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Produsen keramik PT Keramik Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS) menargetkan pendapatan hingga semester satu sebesar Rp 480 miliar. Adapun pada semester satu tahun lalu perusahaan mengemas Rp 450 miliar.

Handono Warih, Direktur KIAS mengatakan bahwa tahun ini perusahaan akan memperluas jaringan pemasaran dan meningkatkan efisiensi untuk mencapai target penjualan mereka tahun ini yang sebesar Rp 975 miliar. "Kami saat ini punya jaringan ritel sebanyak 1.500 unit, tahun ini kami akan tambah jadi 2.000 unit di seluruh Indonesia," terang Handono pada Kamis (12/6).

Perusahaan juga tidak mengkhawatirkan perlambatan yang terjadi di dunia properti dan perumahan. Pihaknya akan tetap berekspansi dan menambah jaringan untuk capai target tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan KIAS pada kuartal pertama 2014, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp 239,8 miliar, bertumbuh 5,58% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 227,12 miliar.

Portofolio pendapatan mereka sebesar Rp 232,43 miliar di dalam negeri. Pendapatan lainnya dari ekspor sebesar Rp 7,37 miliar. Adapun negara-negara tujuan ekspor KIAS adalah Korea, Malaysia, Filipina, dan Mauritus.

Handono mengatakan juga akan memanfaatkan kurs dollar, tahun ini perusahaan akan meningkatkan porsi ekspor perusahaan sebesar 10%. "Kami akan tambah ke Malaysia," ujar Handono.
Catatan saja, pendapatan KIAS tahun 2013 sebesar Rp 910,84 miliar, yang 3,67% berasal dari ekspor. Saat ini KIAS memiliki tiga pabrik di Bogor, Karawang dan Gresik. Total kapasitas produksi perusahaan sebesar 26 juta meter persegi per tahun. Adapun utilitas perusahaan saat ini sebesar 90%

Bahan baku produksi perusahaan adalah gas alam yang mereka beli seluruhnya dari Perusahaan Gas Negara dengan mata uang dollar. Ia mengatakan, tidak ada masalah dengan ketersediaan energi gas alam. "Kami punya mesin dan yang efisien. Pasokan juga tidak masalah," ujar Handono.

Dengan adanya kenaikkan tarif dasar listrik, turut mengerek beban produksi sebesar 10%. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan akan investasi mesin untuk meningkatkan efisiensi. Jika dirasa masih kurang untuk menutup beban produksi, perusahaan akan mengkaji soal kenaikkan harga jual.

Untuk penjualan dalam negeri menggunakan mata uang rupiah dan penjualan luar negeri dengan mata uang dollar. Maka dari itu perusahaan berusaha meningkatkan ekspor sambil meningkatkan jaringan pemasaran dalam negeri. Namun pihaknya enggan membeberkan harga jual produksi mereka di pasaran.

Tahun ini perusahaan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 85 miliar. Adapun uang tersebut akan digunakan untuk renovasi mesin untuk efisiensi tenaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×