Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
KONTAN.CO.ID - Berbeda dengan nasib bisnis penjualan alat transportasi lainnya, sepeda justru naik daun saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat wabah covid-19. Meski distribusi sepeda untuk toko offline banyak yang terganggu, namun penjualan sepeda untuk channel distribusi online alias daring justru melonjak sampai 25%.
William Gozali, Brand Director PT Insera Sena, pemilik merek sepeda Polygon menjelaskan, kenaikan penjualan sepeda terjadi karena banyak warga yang bosan di rumah, kemudian melakukan aktivitas bersepeda. Nah, sepeda adalah salah satu alat transportasi dan alat olahraga yang bisa dilakukan sendiri dengan protokol jaga jarak.
"Kenaikan penjualan ada yang 20% ada juga 25%, kira-kira pada kisaran itu," kata William kepada KONTAN, Kamis (28/5). Meski penjualan daring naik, namun secara keseluruhan, produsen sepeda tidak mencatat kenaikan penjualan signifikan.
Sebab, banyak tokok sepeda luring atau offline yang tutup karena pemberlakuan PSBB. Beruntung sebagian dari pedagang sepeda luring tersebut melayani penjualan online, sehingga penjualan sepeda mereka masih bisa dilakukan.
Selain kenaikan penjualan dari penggemar olahraga sepeda, kenaikan penjualan sepeda juga terjadi untuk sepeda anak-anak. Banyak orangtua mengambil kesempatan PSBB untuk mengajari dan melatih anak-anaknya bersepeda. Sehingga, kenaikan penjualan sepeda terjadi untuk kategori sepeda anak-anak.
Aktivitas bersepeda untuk anak-anak belakangan banyak dilakukan warga yang memiliki anak-anak dan tinggal di komplek perumahan. Banyak dari orangtua yang tinggal di perumahan memberikan kelonggaran kepada anaknya untuk bersepeda berkeliling komplek, namun tetap memakai protokol kesehatan seperti jaga jarak dan juga mengenakan masker.
Selain karena permintaan, banyak pedagang sepeda juga berusaha agar tetap mencetak penjualan dengan berjualan online. Mereka menggeber penjualan dengan cara memberikan diskon besar agar penjualan tetap jalan.
Semula, William memproyeksikan ada penurunan penjualan sepeda saat wabah. Namun tiga bulan terakhir, kondisi tersebut justu tidak terjadi. Kenaikan penjualan online menopang penurunan penjualan untuk toko offline.
Distribusi bermasalah
Alasan lain kenapa penjualan sepeda secara keseluruhan tidak menggembirakan adalah, distribusi sepeda terkendala PSBB. Ada banyak lokasi yang ditutup dan tidak bisa diakses oleh kendaraan logistik pengantar sepeda. Selain itu, penutupan toko sepeda juga menjadi kendala produsen sepeda mendistribusikan sepedanya.
Namun demikian, dari sisi produksi maupun dari kesiapan bahan baku, William bilang tak ada hal yang mengkhawatirkan. Termasuk melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi beberapa waktu lalu. Tingginya konten lokal pada produksi sepeda membuat pengaruh nilai tukar tidak begitu terdampak bagi mereka. "Sehingga tidak ada kenaikan harga jual ya," kata William.
Terkait dengan pelonggaran PSBB di sejumlah daerah, disambut positif oleh William. Pasalnya, sepeda adalah alat transportasi individual yang dari sisi jaga jarak terbilang aman dari resiko penularan virus. Berbeda dengan angkutan transportasi umum yang berisiko besar tertular karena jarak yang sulit untuk diatur.
Namun, yang menjadi masalah adalah, fasilitas untuk pengguna sepeda yang masih minim di Jakarta dan kota penyangganya. Jika ada warga yang ingin berangkat kerja dengan sepeda, mereka harus bertaruh nyawa dengan cara berbagi jalan dengan sepeda motor dan mobil. Bahkan, jalur sepeda yang sudah disediakan di Jakarta, acap kali diterobos oleh kendaraan bermotor.
"Intinya ada pada fasilitas sepeda ini, jika fasilitas semakin banyak, orang perlahan akan beralih ke sepeda," kata William. Melihat perkembangan saat ini, William memproyeksikan penjualan positif untuk sepeda meski tak terlalu menggembirakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News