Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini bakal jadi tahun yang berat bagi industri pengolahan daging dan ikan. Pandemi virus corona atau Covid-19 berpeluang melemahkan konsumsi produk industri dan menurunkan omset sektor ini.
Produsen daging olahan, PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) mengatakan, bulan lalu saja pasar sudah turun sekitar 30%. Agustus Sani Nugroho, Direktur Utama FOOD bilang, untuk bulan ini kinerja produsen daging olahan akan lebih buruk lagi, karena penjualan di ritel, restoran dan hotel tertekan.
"Sektor ritel sepertinya masih agak lumayan, namun toko-toko di pasar-pasar tradisional semua tertekan sekali," kata dia kepada Kontan.co.id, Minggu (12/4).
Meski ada momentum Lebaran di kuartal-II nanti, FOOD memperkirakan pasar masih turun seiring terbatasnya aktivitas lantaran penerapan social distancing.
Baca Juga: Menilik prospek 24 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI sepanjang 2020
Di tahun 2020 ini, FOOD diketahui bakal melakukan ekspansi ke segmen produk ikan olahan. Agustus bilang targetnya di kuartal-II ini bisa masuk pasaran, dan adanya usul stimulus untuk produk perikanan oleh pemerintah diharapkan dapat mendorong segmen bisnis ini ke depannya.
Namun secara keseluruhan, tahun ini masih dirasa berat bagi produsen pengolahan daging. "Kondisi tidak normal dan berat, harga bahan baku naik dan kadang langka," ujar Agustus.
Berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sebenarnya belum berdampak bagi operasional perusahaan. Karena, perusahaan makanan masih mendapat pengecualian, dan sampai saat ini opsi pabrik berhenti sementara belum diambil perusahaan.
Harapan industri pengolahan makanan juga datang dari adanya pelonggaran aspek perpajakan di bidang impor. Ini dilakukan supaya harga bahan baku dan bahan penolong tidak melonjak tajam.
Selain itu, relaksasi perpajakan sebaiknya dapat diterapkan untuk perusahaan, mengingat industri bisa saja kehabisan nafas dan cashflow yang berdarah.
Bagi perusahaan perikanan, Perum Perikanan Indonesia (Perindo) menerapkan sejumlah strategi guna mengatasi sepinya penjualan di ritel. Salah satunya dengan membidik pasar dengan penetrasi melalui e-commerce. Namun kontribusi penjualan di online untuk saat ini belum begitu besar.
Baca Juga: Pemerintah dongkrak ekspor pengolahan ikan di tahun 2020
Farida Mokodompit, Direktur Utama Perum Perindo bilang, kondisi pandemi virus corona ini sedikit banyak berpengaruh terhadap demand ikan baik lokal maupun ekspor. "Ekspor sendiri mengalami penurunan karena beberapa negara tujuan membatasi pengiriman ikan kesana, seperti China dan Vietnam," kata dia kepada Kontan.co.id, Kamis (9/4).
Kondisi tersebut mempengaruhi pendapatan bersih perusahaan yang pada periode Januari hingga Maret tahun ini yang tercatat sekitar Rp 123 Miliar. Turun 16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebanyak Rp 148 miliar.
Adapun dari segi operasional, Perum Perindo memastikan semuanya masih berjalan seperti biasa. "Untuk logistik tidak ada permasalahan yang berarti. Relatif masih seperti biasa. Terkait pasokan komoditi pangan ikan sementara ini masih terkendali," urai Farida.
Stok Ikan Perum Perindo diakui masih aman di tengah pandemi virus corona. Terdapat sekitar 300 ton yang tersebar di beberapa cold storage milik Perum Perindo, dimana ada 17 cold storage yang tersebar di seluruh Indonesia dari Sabang hingga Merauke, stok ini merupakan stok komoditi pangan ikan milik perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News