Reporter: Vina Elvira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) menorehkan kinerja yang memuaskan pada 2020. Meskipun kinerja di tahun lalu sempat terkendala oleh sejumlah faktor, SAMF mampu mencetak penjualan sebesar Rp 1,4 triliun atau melesat 9,85% year on year (yoy) dari realisasi di tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 1,28 triliun.
Direktur Utama Saraswanti Anugerah Makmur, Yahya Taufik, menyatakan, kinerja SAMF di tahun lalu dipengaruhi dua faktor utama, yakni kondisi pandemi Covid-19 dan melesatnya harga Crude Palm Oil (CPO) yang dimulai sejak akhir tahun 2019 hingga Kuartal II 2020.
Yahya bilang, pandemi Covid-19 yang menimpa Indonesia sejak awal tahun lalu membuat kegiatan mobilitas dan distribusi barang menjadi terhambat akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Jadi kegiatan distribusi barang kepada customer itu menjadi terganggu," kata Yahya dalam Paparan Publik Virtual, Selasa (25/5).
Baca Juga: Tambah kapasitas produksi, Saraswanti Anugerah (SAMF) anggarkan capex hingga Rp 80 M
Meskipun begitu, dampaknya tidak dirasakan terlalu signifikan oleh perseroan. Hal itu karena SAMF sendiri memiliki lokasi pabrik cukup strategis, dan berdekatan dengan lokasi konsumen atau perusahaan perkebunan.
"Namun kami bersyukur untuk pabrik-pabrik yang berlokasi mendekati customer, faktor gangguan distribusi barang itu tidak sebesar pabrik-pabrik yang berlokasi di Surabaya dan ini yang dialami oleh para kompetitor," terang Yahya.
Sebagaimana diketahui hingga saat ini SAMF memiliki lima unit pabrik yang berlokasi di Mojokerto, Medan, dan Sampit. Di Mojokerto, SAMF memiliki dua unit pabrik dengan masing-masing kapasitas produksi 100.000 ton per tahun.
Sedangkan dua unit pabrik yang berada di Medan memiliki kapasitas produksi sebanyak 80.000 ton dan 160.000 ton per tahun. Dan untuk pabrik yang didirikan di Sampit memiliki kapasitas sebanyak 160.000 ton per tahun.
Dikatakan Yahya, harga CPO sejak akhir tahun 2019 hingga kuartal II 2020 berkisar antara Rp 6.000 - Rp 7.000 per liter. Tren harga CPO yang menurun, turut berdampak terhadap konsumsi pupuk oleh para pekebun kelapa sawit. Alhasil, penjualan pupuk pada kuartal I dan II 2020 mengalami penurunan.
Namun, ungkap Yahya, tren harga CPO di kuartal III 2020 hingga saat ini mulai mengalami peningkatan yang positif. Sehingga gairah para petani ataupun pekebun untuk melakukan pemupukan tanaman kelapa sawit kembali meningkat.
Baca Juga: Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) tebar dividen Rp 89,27 miliar
"Ini memang terbukti dari penjualan yang kami lakukan di kuartal I dan II saat ini yang meningkat signifikan dibandingkan tahun 2020," ungkapnya.
Selain dua faktor yang telah dipaparkan sebelumnya, kinerja SAMF di tahun lalu juga terkendala akibat masalah suplai bahan baku ke pabrik. Pandemi yang terjadi secara global, membuat negara-negara penghasil bahan baku pupuk mengalami hambatan dalam melakukan distribusi barang.
Menurut Yahya, kondisi tersebut masih terjadi hingga saat ini sehingga SAMF harus melakukan beberapa langkah antisipatif untuk menghadapi permasalahan suplai bahan baku yang terjadi.
"Namun kita sudah melakukan antisipasi terhadap gangguan-gangguan ini, yaitu dengan kita melakukan closing kontrak jangka panjang dan jangka menengah kepada suplier bahan baku. Sehingga ini bisa mengurangi risiko terhadap penurunan operasional dari pabrik-pabrik kami akibat keterlambatan bahan baku," jelas Yahya.
Baca Juga: Saraswanti Anugerah (SAMF) usulkan pembagian dividen dalam RUPST pekan depan
Meskipun kondisi pandemi masih berlangsung, SAMF optimistis dapat menorehkan kinerja yang lebih positif di tahun ini. Hal itu terlihat dari rencana SAMF yang akan melakukan peningkatan kapasitas produksi pada unit pabrik Mojokerto II.
"Di tahun ini kami juga akan menambah lagi kapasitas produksi, yaitu dengan penambahan satu line produksi di Mojokerto. Hal ini kami lakukan mengingat bahwa permintaan terhadap pupuk NPK ini terus berkembang," beber Yahya.
Adapun, hingga ini SAMF telah memiliki kapasitas produksi sebanyak 600.000 ton per tahun. Jumlah tersebut meningkat 160.000 ton setelah perseroan melakukan IPO pada Maret tahun lalu.
Guna memuluskan rencana bisnisnya di tahun ini, SAMF pun menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 75 miliar - Rp 80 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi dari 600.000 ton menjadi 700.000 ton pada unit pabrik Mojokerto II.
Selanjutnya: Harga saham Saraswanti Anugerah (SAMF) melonjak 145% sepekan, ini rekomendasi analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News