Reporter: Kiki Safitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluncurkan teknologi microbuble ultra intensive untuk budidaya udang vaname.
Budidaya ini dimulai dengan biaya Rp 20 juta untuk investasi di pendederan (udang kecil). “Satu paketnya 20 jutaan untuk pendederan,” kata peneliti Kukuh Adiyana di Kementerian Kelautan dan Perikanan Ancol, Rabu (26/12)
Menurut peneliti Kukuh Adiyana, untuk pendederan dibutuhkan modal usaha Rp 20 juta yang meliputi biaya benih, biaya listrik, biaya pakan, biaya benih dan biaya tenaga kerja. Dengan modal ini, keuntungan yang diperoleh dalam 21 hari masa panen adalah Rp 4,7 juta.
Keuntungan tersebut diperoleh dengan nilai jual per ekornya adalah Rp 100 dengan jumlah panen 96.000 ekor atau bobot panen 48 kg. “itu satu paket semua termasuk pompa, media filter, Cuma kedepannya saya pengennnya pendederan di kolam terpal karena lebih murah,” ungkapnya.
Berbeda dengan bentuk usaha pendederan, untuk usaha udan vaname pembesaran, dibutuhkan investasi Rp 31 juta. Dimana nominal ini mencakup delapan unit tabung dengan biaya-biaya yang tidak berbeda dengan biaya pada tahap pendederan.
Dengan modal usaha tersebut maka keuntungan bersih yang didapat adalah Rp 3,1 juta, dengan lama pembesaran 60 hari dan harga panen 8.400 ekor. “Kalau pendederan itu sudah bisa disebar ke pasar, kalau mau dibesarkan juga boleh dan keuntungannya Rp 3 jutaan,” ungkapnya.
Dalam penelitiannya, Kukuh menggunakan tangki industri. Sedangkan untuk pemeliharaannya, tangki atau wadah udang tidak boleh tetutup karena udang memerlukan sinar matahari, namun disaat hujan ada baiknya jika udang dilingungi dengan terpal atau penutup transparan.
Teknologi ini dijadwalkan akan disebar ke masyarakat pada awal tahun 2019 di bulan Januari. Untuk uji cobanya akan dimulai di kawasan pesisir nelayan yang terdampak oleh pembangunan industri dan pembuangan limbah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News