kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.203   61,60   0,86%
  • KOMPAS100 1.107   11,66   1,06%
  • LQ45 878   12,21   1,41%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 449   6,54   1,48%
  • IDXHIDIV20 540   5,97   1,12%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 135   0,73   0,55%
  • IDXQ30 149   1,79   1,22%

Kondisi keuangan Garuda Indonesia (GIAA) sudah bermasalah sebelum Covid-19


Selasa, 08 Juni 2021 / 19:19 WIB
Kondisi keuangan Garuda Indonesia (GIAA) sudah bermasalah sebelum Covid-19
ILUSTRASI. Pengamat BUMN menyebut, kondisi keuangan Garuda Indonesia (GIAA) sudah bermasalah sebelum Covid-19.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah limbung. Pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan, kondisi keuangan Garuda Indonesia sudah bermasalah jauh sebelum Covid-19 terjadi.

Namun perbedaannya, sebelum Covid-19, keuangan Garuda Indonesia masih bisa menghasilkan revenue. Sementara setelah ada Covid-19, pendapatan ada tapi terus merosot.

Hal ini tergambar pada laporan keuangan GIAA di kuartal III 2019 dan kuartal III 2020, setelah dan sebelum Covid-19 mewabah. Toto menyebutkan, pada pos pendapatan, pada kuartal III 2019 GIAA masih bisa menghasilkan US$ 3,5 miliar. Namun, pada kuartal III 2020, Garuda cuma bisa meraih pendapapatan US$ 1,1 miliar atau turun hampir 67%.

"Pengeluaran dan biaya operasional mengalami penurunan selama pandemi. Pada tahun lalu, angka pengeluaran dan biaya operasional turun hampir mencapai 31%," ujarnya dalam acara diskusi publik bertajuk "Menyelamatkan Garuda" yang berlangsung virtual, Selasa (8/6).

Baca Juga: Garuda Indonesia memiliki pinjaman di sejumlah bank, begini status kreditnya

Toto melanjutkan, permasalahannya terletak pada struktur biaya GIAA. Struktur biaya paling besar GIAA terletak pada pembiayaan leasing pesawat sebesar 75%. Sisanya kemudian, terdiri dari utang jangka pendek dan jangka panjang. Dengan demikian, keputusan melakukan negosiasi dengan lessor dinilai menjadi pilihan tepat.

Kata Toto, sumbangan yang paling besar cost structure Garuda Indonesia adalah short term debt, factoring liabilities. "Sehingga langkah Garuda Indonesia dan Kementerian BUMN melakukan negosisasi dengan lessor pesawat, saya kira memang yang utama karena bebannya ke keuangan Garuda sangat besar," imbuhnya.

Toto menilai, saat ini GIAA sudah melakukan langkah penyelematan tepat, namun tidak tahu sampai kapan langkah mitigasi bisa dilakukan. Ia melihat, jika vaksinasi Covid-19 lancar dan merata pada semester II 2021 mendatang, maka maskapai akan kembali pulih dan bangkit. Terutama untuk penerbangan domestik. Penumpang domestik sendiri berkontribusi 78%.

Ia juga berharap, pinjaman utang yang diberikan pemerintah kepada GIAA tidak macet sehingga maskapai ini tidak makin kesulitan menjaga cash flow.

 

Selanjutnya: Garuda Indonesia (GIAA) mempercepat pengembalian sewa armada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×