kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter


Jumat, 17 Mei 2024 / 20:09 WIB
Konglomerat Indonesia Ramai-Ramai Masuk ke Bisnis Smelter
ILUSTRASI. PT Aneka Tambang (antam) Tbk ANTM terus mendorong percepatan proyek hilirisasi yang sedang berjalan saat ini selesai tepat waktu. Konglomerat Indonesia Ramai-ramai Masuk ke Bisnis Smelter


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

Pertama, lahan-lahan tambang yang ada di Indonesia sudah makin habis maka pilihan terbaik bagi mereka adalah melakukan hilirisasi melalui pembangunan smelter.

Selain itu, kata Haykal, kebanyakan para konglomerat tersebut memiliki akses besar ke lahan-lahan tambang potensial yang bisa menjamin kelangsungan suplai bahan baku sehingga menciptakan ‘positioning’ yang menguntungkan di masa datang.

Kedua, jika diamati para konglomerat tersebut sekarang memiliki keberanian untuk membangun smelter karena melakukan aliansi atau berpartner dengan investor lain yang sudah punya rekam jejak di industri smelter.

"Jadi relatif lebih aman," ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (17/5).

Baca Juga: Prospek Emiten Tambang Nikel: Dibayangi Oversupply hingga Kejatuhan Harga Jual

Menurutnya, bisnis smelter memang memiliki prospek yang menjanjikan lantaran nilai tambah tinggi, margin keuntungan tinggi dibanding ekspor bahan mentah. Permintaan global yang stabil, cenderung meningkat seiring dengan berkembangnya industri kendaraan listrik, elektronik, dan infrastruktur.

"Dukungan kebijakan pemerintah, diharapkan adanya insentif seperti pembebasan pajak dan dukungan infrastruktur yang bisa diberikan kepada industri smelter," tuturnya.

Namun, mereka perlu mencermati risiko bisnis smelter di antaranya fluktuasi harga komoditas, seringkali harga logam berfluktuasi signifikan dan mempengaruhi profitabilitas. Kedua, lingkungan hidup, berpotensi berdampak pada lingkungan secara signifikan jk tidak dibarengi dengan investasi teknologi yang ramah lingkungan.

Selain itu, Haykal mengungkapkan bahwa perlu bangun industri smelter bagi yang telah memiliki tambang potensi sebagai bentuk untuk dapat kontrol atas rantai pasokan dan meningkatkan efisiensi operasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×