Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Tak hanya di PLTGU Jawa-1, retaknya konsorsium Pertamina Power-Marubeni ini juga berdampak pada proyek lainnya, yakni PLTGU yang akan dibangun di Bangladesh. Dalam proyek pembangkit berkapasitas 1.200 MW tersebut, Marubeni menjadi salah satu partner Pertamina sejak Agustus 2017.
Sayangnya, saat dimintai konfirmasi mengenai penyelesaian kisruh di konsorsium serta kelanjutan proyek PLTGU Jawa-1 dan PLTGU di Bangladesh, direksi Pertamina sangat irit bicara. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menolak memberikan jawaban.
Sementara Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina Heru Setiawan mengatakan kongsi dengan Marubeni masih terus berlangsung. Ia pun menyebut akan ada rilis yang dikelaurkan Pertamina terkait dengan persoalan ini.
Baca Juga: Sempat disaksikan Jokowi, Kongsi Pertamina & Marubeni bubar di proyek IPP Bangladesh
Sayang, hingga tulisan ini dibuat, Pertamina belum memberikan keterangan tertulis yang dijanjikan Heru. "Nanti akan ada rilisnya, enggak lama lagi," kata Heru saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Selasa (5/11).
Dihubungi terpisah, Vice President of Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, sampai saat ini Pertamina melalui PPI masih berkomitmen menjalin kerjasama dengan Marubeni. Untuk PLTGU Jawa-1, Fajriyah menjamin, tahap konstruksi pembangkit ini akan berjalan sesuai rencana.
Sementara mengenai proyek PLTGU di Bangladesh, Fajriyah mengatakan akan ada pengkajian ulang pada struktur perencanaan proyek tersebut. Sayang, Fajriyah tak menerangkan lebih detail mengenai restructure yang dimaksud.
Ia hanya bilang, proses tersebut menyangkut dengan pembaruan kesepakatan dan masih dalam pembahasan. "Itu internal consumption, masih adalam diskusi bersama," ungkapnya.
PLTGU Jawa-1 merupakan bagian dari megaproyek 35.000 MW. Terkait hal tersebut, Djoko memastikan bahwa kisruh di konsorsium PPI-Marubeni ini tidak akan menjadi preseden negatif terhadap megaproyek 35.000 MW.
Baca Juga: Ini dibalik masuknya Indonesia Power di PLTGU Jawa 1, PLN turun tangan?
"Enggak akan dong (mengganggu proyek), persoalan di konsorsium itu biasa. Proyeknya juga masih jalan, jadi nggak akan berpengaruh," kata Djoko.
Adapun, hingga Kuartal III-2019, proyek pembangkit 35.000 MW yang sudah commercial operation date (COD) tercatat sebesar 3.860 MW (11%), konstruksi sebanyak 23.165 MW (65%), telah terkontrak atau power purchase agreement (PPA) sebanyak 6.923 MW (20%), proses pengadaan sebesar 829 MW (2%) dan tahap perencanaan sebanyak 734 MW (2%).
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2019-2028, porsi energi primer yang berasal dari gas dalam bentuk PLMG Mesin Gas (MG) dan PLTGU akan bertambah sebanyak 12.617 MW atau sekitar 22% dari total kapasitas pembangkit. Sementara untuk tahun ini, outlook PLTG MG dan PLTGU yang bisa beroperasi sebanyak 1.036 MW.
Baca Juga: Kongsi Pertamina-Marubeni di PLTGU Jawa 1 retak, ini membahayakan program 35.000 MW
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News