kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kongsi Pertamina Power-Marubeni di PLTGU Jawa-1 retak, PLN: Tak boleh ganti kongsi


Selasa, 05 November 2019 / 19:59 WIB
Kongsi Pertamina Power-Marubeni di PLTGU Jawa-1 retak, PLN: Tak boleh ganti kongsi
ILUSTRASI. Progres PLTGU Jawa 1 mencapai 30%. PLN menegaskan, PT Pertamina Power Indonesia dan Marubeni Corporation tak boleh ganti kongsi.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyoroti kisruh yang terjadi di konsorsium PT Pertamina Power Indonesia (PPI) dan Marubeni Corporation. Perusahaan setrum pelat merah itu meminta supaya friksi yang terjadi bisa segera diselesaikan secara internal.

Konsorsium tersebut menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1.760 Megawatt (MW). Dalam membangun PLTGU Jawa-1, PPI-Marubeni mengantongi saham masing-masing 40%, sementara 20% sisanya dimiliki oleh Sojitz Corporation. Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Djoko Rahardjo Abumanan mengatakan, pihak-pihak terkait di dalam konsorsium tersebut harus bisa menemukan jalan keluar terhadap kisruh ini.

Menurut Djoko, itu menjadi satu-satunya cara karena konsorsium ini tidak boleh berganti kepemilikan saham, apalagi bubar.

Djoko menjelaskan, setelah konsorsium ditunjuk dan perjanjian jual beli listrik alias power purchase agreement (PPA) ditanda tangani, maka kontrak dengan konsorsium tidak boleh berubah hingga proyek pembangkit listrik yang bersangkutan telah beroperasi komersial atau comercial operation date (COD).

Baca Juga: Pertamina-Marubeni-Sojitz pisah, bagaimana nasib PLTGU Jawa-1 dan PLTGU Bangladesh?

"Jadi ya mereka harus selesaikan secara internal. Kalau ganti direksi nggak apa-apa. Tapi kalau ganti konsorsium nggak boleh. Kecuali sudah COD, sudah jadi barangnya dan utang piutang dengan bank lended juga sudah selesai," jelas Djoko saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/11).

Alhasil, sebagaimana kontrak dengan produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) lainnya, menjadi tanggung jawab konsorsium untuk merampungkan proyek PLTGU Jawa-1 sesuai jadwal yang telah disepakati.

Saat ini, progres PLTGU Jawa-1 mencapai 30% dan ditargetkan selesai pada 2021 mendatang. Pembangkit yang dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat ini menelan biaya sebesar US$ 1,8 miliar.

Baca Juga: Kisruh PLTGU Jawa 1, Dirut PLN Sripeni Inten bertemu dengan Dirut Pertamina Power

Hingga sekarang, PLTGU yang terintegrasi dengan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) itu telah menyerap dana sebanyak US$ 275 juta. Asal tahu saja, PLN dan konsorsium Pertamina Power, Marubeni dan Sojitz korporation sudah menandatangani PPA sejak 31 Januari 2017 lalu.

Tak hanya di PLTGU Jawa-1, retaknya konsorsium Pertamina Power-Marubeni ini juga berdampak pada proyek lainnya, yakni PLTGU yang akan dibangun di Bangladesh. Dalam proyek pembangkit berkapasitas 1.200 MW tersebut, Marubeni menjadi salah satu partner Pertamina sejak Agustus 2017.

Sayangnya, saat dimintai konfirmasi mengenai penyelesaian kisruh di konsorsium serta kelanjutan proyek PLTGU Jawa-1 dan PLTGU di Bangladesh, direksi Pertamina sangat irit bicara. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menolak memberikan jawaban.

Sementara Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT Pertamina Heru Setiawan mengatakan kongsi dengan Marubeni masih terus berlangsung. Ia pun menyebut akan ada rilis yang dikelaurkan Pertamina terkait dengan persoalan ini.

Baca Juga: Sempat disaksikan Jokowi, Kongsi Pertamina & Marubeni bubar di proyek IPP Bangladesh

Sayang, hingga tulisan ini dibuat, Pertamina belum memberikan keterangan tertulis yang dijanjikan Heru. "Nanti akan ada rilisnya, enggak lama lagi," kata Heru saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Selasa (5/11).

Dihubungi terpisah, Vice President of Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, sampai saat ini Pertamina melalui PPI masih berkomitmen menjalin kerjasama dengan Marubeni. Untuk PLTGU Jawa-1, Fajriyah menjamin, tahap konstruksi pembangkit ini akan berjalan sesuai rencana.

Sementara mengenai proyek PLTGU di Bangladesh, Fajriyah mengatakan akan ada pengkajian ulang pada struktur perencanaan proyek tersebut. Sayang, Fajriyah tak menerangkan lebih detail mengenai restructure yang dimaksud.

Ia hanya bilang, proses tersebut menyangkut dengan pembaruan kesepakatan dan masih dalam pembahasan. "Itu internal consumption, masih adalam diskusi bersama," ungkapnya.

PLTGU Jawa-1 merupakan bagian dari megaproyek 35.000 MW. Terkait hal tersebut, Djoko memastikan bahwa kisruh di konsorsium PPI-Marubeni ini tidak akan menjadi preseden negatif terhadap megaproyek 35.000 MW.

Baca Juga: Ini dibalik masuknya Indonesia Power di PLTGU Jawa 1, PLN turun tangan?

"Enggak akan dong (mengganggu proyek), persoalan di konsorsium itu biasa. Proyeknya juga masih jalan, jadi nggak akan berpengaruh," kata Djoko.

Adapun, hingga Kuartal III-2019, proyek pembangkit 35.000 MW yang sudah commercial operation date (COD) tercatat sebesar 3.860 MW (11%), konstruksi sebanyak 23.165 MW (65%), telah terkontrak atau power purchase agreement (PPA) sebanyak 6.923 MW (20%), proses pengadaan sebesar 829 MW (2%) dan tahap perencanaan sebanyak 734 MW (2%).

Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2019-2028, porsi energi primer yang berasal dari gas dalam bentuk PLMG Mesin Gas (MG) dan PLTGU akan bertambah sebanyak 12.617 MW atau sekitar 22% dari total kapasitas pembangkit. Sementara untuk tahun ini, outlook PLTG MG dan PLTGU yang bisa beroperasi sebanyak 1.036 MW.

Baca Juga: Kongsi Pertamina-Marubeni di PLTGU Jawa 1 retak, ini membahayakan program 35.000 MW

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×