kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konsumsi listrik di China berpotensi turun akibat corona, ini kata emiten batubara


Rabu, 26 Februari 2020 / 18:15 WIB
Konsumsi listrik di China berpotensi turun akibat corona, ini kata emiten batubara
ILUSTRASI. Stasiun pengumpul batu bara milik PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Sangatta, Kalimantan Timur. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengutip Reuters, konsumsi listrik sektor industri China diproyeksi turun sebesar 1,5% akibat wabah virus corona, sementara porsi energi batubara untuk kelistrikan mencapai 60%.

Penurunan konsumsi 1,5% ini setara 73 miliar kilowatt hours (kWh) berpeluang terjadi di tahun ini. Pada tahun lalu, konsumsi listrik sektor industri di China mencapai 4,85 triliun KWh atau sekitar 67% dari total konsumsi listrik keseluruhan.

Baca Juga: Ekspor batubara wajib kapal nasional, simak rekomendasi analis untuk emiten pelayaran

Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava menyangkut potensi penurunan permintaan batubara oleh China bilang hingga saat ini belum ada dampak yang terlihat untuk pasar ekspor BUMI secara keseluruhan termasuk China. "Kami akan menaksir kondisi yang ada di China sehubungan dengan ekspor kami di sana pada kuartal berikutnya," terang Dileep kepada Kontan.co.id, Rabu (26/2).

Dileep melanjutkan, pasca penilaian kondisi pada kuartal berikutnya, barulah BUMI akan memutuskan langkah apa yang perlu diambil dalam menyikapi kondisi ekspor ke China.

BUMI sendiri mengharapkan pasar ekspor ke China dapat tetap terjaga dan menyamai capaian tahun lalu. Sepanjang tahun 2019, BUMI memproduksi 86,3 juta ton batubara dengan volume penjualan sebesar 87,7 juta ton.

Dari jumlah tersebut, 19% diantaranya diekspor ke China. Dileep menjelaskan jika nantinya ekspor batubara ke China mulai terdampak, maka pihaknya berharap terjadi pertumbuhan permintaan di dalam negeri.

Baca Juga: Lewat anak usahanya, Indika Energy (INDY) mulai ekspansi tambang emas Awak Mas

Sementara itu, PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Sjamsul bilang kebutuhan batubara akibat virus corona memang terpengaruh namun tidak begitu signifikan.

"China hanya impor 200 juta ton batubara dan penurunan yang terjadi diimbangi oleh pertumbuhan pasar negara lain. Jadi pasar akan mencari equilibrium baru," ungkap Adrian ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (26/2).

Adrian menjelaskan, pasar batubara ABMM didominasi domestik dan India. Pasar ekspor ke China tercatat sebesar 5% dari total penjualan. Dalam catatan Kontan.co.id, ABMM berhasil mencatatkan produksi batubara sebesar 11 juta ton pada tahun 2019 kemarin. Jumlah ini meningkat 10% (yoy) dibandingkan realisasi produksi batubara perseroan di tahun 2018 sebesar 10 juta ton.

Untuk tahun ini, ABMM memastikan akan menaikkan target produksi batubara menjadi 15 juta ton terlepas dari apapun kondisi pasar batubara. "Kami punya rencana jangka panjang untuk terus meningkatkan target batubara dari tahun ke tahun," ujar Adrian.

Baca Juga: Laba Bersih DOID Anjlok 72,92% Terseret Penurunan Harga Batubara

Masih menurut Adrian, jika terjadi kendala pada ekspor batubara ke China maka ABMM akan bersiap untuk mencari pasar baru. "Masih perlu dicermati lagi rencana penambahan pasar baru, karena pada dasarnya pasar batubara itu-itu saja seperti India, Vietnam, atau China," ungkap dia.

Dalam catatan Kontan.co.id, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) memproyeksikan terjadi peningkatan ekspor pasca merebaknya virus corona yang terjadi di China dan negara lainnya.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia yang dihubungi Kontan.co.id menjelaskan, terganggunya produksi batubara di China menjadi peluang peningkatan permintaan batubara dari Indonesia.

"Akibat pembatasan perpindahan pekerja, sehingga banyak pekerja tambang yang tidak bisa kembali bekerja. Selain itu transportasi batubara di domestik China juga terganggu, sehingga pasokan ke railway sistem menurun, stok di pelabuhan juga terus menurun beberapa hari terakhir," kata Hendra.

Baca Juga: ABM Investama Mengejar Pertumbuhan Produksi di Tahun ini hingga 36%

Hendra melanjutkan, untuk beberapa bulan ke depan, permintaan diproyeksikan akan naik. Ia mengungkapkan, pihaknya berharap harga batubara juga akan terdorong naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×