Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dihubungi terpisah, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan, penurunan konsumsi batubara domestik menjadi hal yang logis di tengah imbas dari pandemi virus corona (Covid-19). Sebab, lesunya industri dan juga konsumsi listrik yang anjlok, merupakan suatu kondisi yang saling terkait.
"Jelas kebutuhan batubara domestik turun. Bukan saja sektor kelistrikan, sektor industri yang mengkonsumsi batubara cukup besar yaitu semen, juga mengalami tekanan. Ini berpengaruh pada kebutuhan batubara nasional," ungkap Singgih.
Baca Juga: Pasar dan harga kian tak menentu, produsen batubara rombak rencana kerja
Menurutnya, kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap bisnis batubara Indonesia. Dia membeberkan, dalam kondisi pasar domestik yang lesu, semestinya perusahaan batubara bisa menyasar pasar ekspor. Sayangnya, ketergantungan batubara Indonesia terhadap pasar China dan India membuat optimalisasi pasar ekspor pun sulit untuk dicapai.
"Indonesia telah terjebak sejak awal, pasar ekspor cuma China dan India yang hampir mengambil 50% dari total produksi nasional. Dengan produksi yang cukup tinggi tentu kompetisi antar perusahaan tambang akan lebih berat," sebut Singgih.
Apalagi pasar China mapun India masih tertekan efek pandemi Corona. Dari sisi konsumsi belum pulih, dan dari sisi penggunaan batubara keduanya memilih untuk mengoptimalkan penggunaan batubara dari dalam negerinya.