kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   0,00   0,00%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

KPK: Penanganan crude Banyu Urip yang tak terserap mengerucut ke tiga opsi


Senin, 02 November 2020 / 17:32 WIB
KPK: Penanganan crude Banyu Urip yang tak terserap mengerucut ke tiga opsi
ILUSTRASI. Lapangan minyak Banyu Urip di Desa Gayam, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim. FOTO ANTARA/Aguk Sudarmojo/ss/nz/13.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Edy Soeparno mengungkapkan sejauh ini pihaknya belum dilibatkan dalam komunikasi rencana penjualan crude Banyu Urip.

Namun, pihaknya berharap pemangkasan produksi tidak dilakukan.

"Jika memang crude berlebih bisa diekspor ada pasar dan harga baik maka lebih baik diekspor. Karena pemangkasan produksi ditengah turunnya produksi bukan langkah yang baik," jelas Edy kepada Kontan.co.id, Senin (2/11).

Edy melanjutkan, kebijakan mengekspor crude memang perlu kehati-hatian pasalnya menyangkut bagian pemerintah dan kewajiban Domestic Market Obligation (DMO).

Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Arief S. handoko bilang jika stok crude Banyu Urip tak berhasil dijual maka pengurangan produksi bisa terjadi.

"Kenapa tidak bisa terjual, karena Pertamina punya stok banyak dan kilangnya demand berkurang karena Covid-19. Pesawat juga berkurang penerbangan," ungkap Arief dalam konferensi pers virtual, Jumat (23/10).

Arief menambahkan, selama ini Pertamina selain masih mengimpor crude juga masih mengimpor produk Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan demand yang menurun maka penyerapan crude domestik dari Banyu Urip  akan sulit dilakukan.

Kendati demikian, Arief mengungkapkan pengurangan produksi tidak ideal dilakukan pasalnya saat ini tercatat kebutuhan crude dalam negeri jumlahnya dua kali lipat dari produksi yang bisa dihasilkan di Indonesia.

Jumlah impor crude pun juga disebut lebih besar dari kemampuan produksi, sehingga pengurangan produksi dirasa kurang tepat dilakukan. Untuk itu, Arief memastikan pihaknya membuka opsi mengekspor crude produksi Lapangan Banyu Urip.

Selanjutnya: Pertamina tak serap crude, Banyu Urip hadapi potensi pengurangan produksi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×