Reporter: Nurmayanti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Krisis bahan baku plastik berupa polipropilena (PP) ternyata berdampak serius terhadap kinerja industri air minum dalam kemasan (AMDK). Buktinya, gara-gara krisis bahan baku plastik itu, produsen AMDK merevisi target penjualan tahun ini.
Awalnya, produsen menargetkan penjualan tahun ini tumbuh 15% dibanding tahun lalu yang mencapai 12,4 miliar liter. Tapi belakangan, mereka merevisi target pertumbuhan itu menjadi 10% saja.
Sampai saat ini, produsen AMDK masih kesulitan mendapat bahan baku plastik. Kondisi ini berlangsung sejak Januari lalu. Kalau pun bahan baku plastik tersedia di pasaran, harganya sudah naik. "Harga PP yang tadinya US$ 900 per ton, kini US$ 1.500 per ton," ujar Willy Sidharta, Ketua Umum Asosiasi Industri Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), akhir pekan lalu.
Kondisi ini mengganggu bisnis yang menggunakan kemasan plastik, termasuk AMDK. Soalnya, ini bakal mengerek harga jual produk AMDK. Maklum, sekitar 80% biaya produksi AMDK terserap oleh biaya kemasan.
Jika harga jual produk AMDK naik, penjualannya bisa turun. Sebab, saat ini daya beli konsumen tengah melemah.
Selain itu, krisis bahan baku plastik juga membuat utilisasi AMDK menjadi tidak optimal.
Pemicu krisis bahan baku plastik ini adalah sempat berhentinya kegiatan produksi PT Polytama Propindo lantaran kekurangan bahan baku PP. Namun, mulai bulan ini Polytama dan produsen lain, PT Tripolyta, sudah mulai berproduksi lagi. "Keduanya berkomitmen memasok 6.000 PP per bulan," kata Willy.
Tapi, tampaknya itu belum banyak membantu. Buktinya, industri AMDK tetap menurunkan target produksinya. Direktur Pelatihan Asosiasi Industri Plastik dan Olefin (INAplas) Yoesoef Santo bilang, krisis bahan baku membuat produksi produk kemasan plastik susut 48%, dari 2,5 juta ton menjadi 1,3 juta ton.
Padahal konsumsi produk plastik pasar lokal diperkirakan tumbuh 5%-6% tahun ini.
Investasi tetap jalan
Meski para produsen AMDK menurunkan target penjualannya, namun kinerja industri AMDK tampaknya masih lebih bagus dibanding produsen air minum lain, seperti air berkarbonasi dan teh. "Bisnis AMDK masih menjanjikan, mereka menguasai pasar air minum," kata Suroso Natakusumah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Minuman Ringan (Asrim).
Kondisi ini disadari betul oleh perusahaan pembuat kemasan AMDK. Buktinya, masih ada yang semangat melakukan ekspansi. Salah satunya, PT Mitra Sentosa Plastik Industri yang memiliki pelanggan seperti Club, 2 Tang, dan beberapa produsen air minum lain.
Mitra Sentosa akan menginvestasikan Rp 30 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi pabriknya di Semarang sebesar 360 juta cup per tahun. "Dengan begitu, total kapasitas Mitra Sentosa mencapai 600 juta cup per tahun," kata Willy Sidharta, yang juga Presiden Direktur PT Mitra Sentosa Plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News