Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Krisis global yang berpangkal dari Amerika Serikat, ikut menggerus pasar ekspor mebel Indonesia. Maklum, pembeli dari Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang merupakan pasar utama ekspor mebel Indonesia, belakangan banyak menunda order. Pengusaha kita pun kini mengalihkan pasarnya ke Rusia dan Timur Tengah.
Pengusaha berharap, pemerintah mendukung langkah membidik pasar alternatif tersebut. Pengusaha berharap pemerintah memberi stimulus berupa pengurangan bunga kredit, dan memfasilitasi pengusaha agar mampu menaikkan produksi. "Kami juga meminta pemerintah membantu promosi, sebab banyak negara yang meminati mebel kita," kata Ketua Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahyono, Kamis (29/1).
Ekspor mebel Indonesia saat ini menduduki urutan ke -12 dunia dengan total pendapatan US$ 2 miliar per tahun. Indonesia pemasok terbesar untuk pasar AS dan Eropa Barat, terutama Jerman, Belanda, Perancis, Belgia, serta Jepang. tahun-tahun sebelumnya, ekspor mebel Indonesia cenderung naik tiap tahun.
Ambar bilang, selama ini AS masih menjadi pasar terbesar Indonesia. Porsi pasar AS mencapai 32,6% dari total ekspor mebel kayu Indonesia. Setelah itu, Jepang (11%), Belanda (9%), Prancis (6,6%) dan Inggris (4,6%).
Pemerintah mendukung langkah pengusaha. Dalam waktu dekat pemerintah akan mengadakan pameran Internasional Furniture & Craft Indonesia 2009 di Jakarta. Target pameran itu setidaknya mampu mendatangkan 1.500 pembeli dari berbagai negara.
"Pameran ini salah satu cara mencari pasar alternatif, kita akan undang pembeli-pembeli dari Timur Tengah dan Rusia supaya bisa langsung melihat proses produksi mebel kita di sini," kata Sekretaris Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perdagangan, Dede Hidayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News