kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kudu lewat Malaysia atau Thailand agar masuk China


Jumat, 02 Desember 2016 / 16:53 WIB
Kudu lewat Malaysia atau Thailand agar masuk China


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

JAKARTA. Sudah sejak lama, dua komoditas andalan ekspor buah Indonesia, salak dan manggis mengalami hambatan masuk ke China daratan. Padahal dua varietas buah tropis tersebut selama ini menjadi salah satu penyumbang ekspor buah terbesar Indonesia. Pelarangan masuknya manggis dan salak ke China diduga sebagai bentuk balasan atas kebijakan pembatasan impor buah asal China ke pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Berdasarkan  Permentan No. 42/2012, pemasukan buah impor hanya boleh masuk tiga pelabuhan utama yaitu Belawan, Makassar, Tanjung Perak Surabaya dan Bandara Soekarno-Hatta.

Yang terkena dampak dari kebijakan Tiongkok adalah para petani manggis dan salak yang paling dirugikan. Padahal China merupakan pasar manggis terbesar di dunia. “Kami sudah empat tahun tak bisa langsung ekspor manggis ke China,” ungkap Nanang Koswara, Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Manggis (Aspuma).

Agar bisa tembus pasar China, manggis asal Indonesia masuk lewat Malaysia dan Thailand. Sebab, kedua negara ini memang memiliki kerjasama memasok manggis ke China. Nanang mengungkapkan, ketika masa panen tiba banyak importir manggis dari Malaysia dan Thailand datang ke Bogor. “Mereka beli manggis lalu dijual lagi ke China. Manggis produksi Indonesia ini diklaim sebagai produksi dari Thailand,” bebernya.

Bagi petani sendiri tak punya pilihan. Sebab ketika panen raya tiba dan tidak bisa ekspor otomatis harga manggis di tingkat petani anjlok karena stok melimpah akibat konsumsi di dalam negeri masih rendah. Harga manggis hanya Rp 5.000-Rp 7.000 per kg, sedangkan untuk menyuplai pasar ekspor bisa di atas Rp 16.000 per kg.

Atas dasar itu, Aspuma berharap, pemerintah bisa melakukan pendekatan kepada China agar ekspor bisa dibuka kembali. Selain itu, pemerintah dan kalangan akademisi harus gencar melakukan edukasi dan promosi buah lokal agar tingkat konsumsi buah di dalam negeri meningkat. Kandungan nutrisi buah lokal lebih variatif dan banyak ketimbang buah impor. Buah khas nusantara juga lebih aman dan harganya lebih terjangkau. ”Kalau konsumsi meningkat, buah lokal bisa dan harus menjadi raja di negerinya sendiri,” seru Nanang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×