kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba cantik dari jaket pelindung diri fashionable


Sabtu, 04 Juli 2020 / 09:50 WIB
Laba cantik dari jaket pelindung diri fashionable


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. New normal mewajibkan masyarakat untuk terapkan kesehatan seperti penggunaan masker kain saat di tempat umum. Siapa sangka di masa new normal dengan berbagai protokol kesehatan masyarakat tetap bisa tampil fashionable.

Misalnya saja masker, saat ini banyak sekali bermunculan masker kain dengan model-model yang fashionable.

Rupanya tak hanya masker kain saja yang kini diinovasikan agar masyarakat tetap bisa tampil gaya. Kini muncul banyak inovasi jaket pelindung diri anti air yang bisa melindungi dari droplet.

Tren masyarakat saat ini yang lebih mengutamakan kesehatan dibaca beberapa pelaku usaha konveksi dengan membuat produk jaket pelindung diri.

Baca Juga: Wah! Merek sereal di Amerika segera pasarkan edisi khusus gim Minecraft

Inovasi pertama ialah datang dari Fleuri Paramita Aprianti pemilik brand Fleure & Savezone. Fleuri sudah mulai mengeluarkan berbagai produk APD di masa pandemi sejak bulan Januari lalu dengan produk awal masker filter.

Semakin kesini, Fleuri terus berinovasi dengan berbagai produk fesyen di masa new normal seperti, topi face shield, face shield, super hijab, kacamata pelindung diri, hand sanitizer, hingga jaket pelindung diri (JPD) atau outer pelindung diri (OPD).

Memiliki keunggulan tahan air dan dapat dicuci, produk JPD atau OPD milik Fleuri dibandrol Rp 69.000. Sejak Mei meluncurkan produk jaket pelindung diri, Fleuri sudah menjual sekitar 5.000 potong.

"Selama ini sudah ada jaket pelindung diri laku sekitar 5000an lebih. Launching itu Mei kemarin. Ini bisa buat keseharian, karena waterproof dan nyaman menyesuaikan cuaca di Indonesia ya," kata Fleuri kepada Kontan.co.id.

Berlokasi produksi di Probolinggo Jawa Timur, Fleuri memiliki karyawan produksi sekitar 100 orang. Adanya inovasi produk-produk APD saat pandemi Covid-19 membuat Flueri dapat terus menggerakkan usahanya sehingga tak merumahkan pegawai.

"Kita nggak ada kurangi kita malah tambah pegawai, Alhamdulillah,. Kita ada model baru biar terus bisa bersaing dan ngga PHK karyawan. Kami juga terbuka saran dan kritik dari customer untuk produk kami," imbuhnya.

Baca Juga: Trisula International optimistis bisa mendorong kinerja bisnis di era new normal

Meski diterima pasar dengan baik, Fleuri mengaku bahwa kendala saat ini ialah adanya keterlambatan dari proses pengiriman bahan baku dan produk pesanan konsumen. Hal tersebut disebut Fleuri kemungkinan masih adanya daerah yang menerapkan PSBB.

Perihal pemasaran selain menerima reseller, Fleure & Savezone juga memasarkan produknya melalui marketplace dan sosial media. Sebelumnya Fleure & Savezone merupakan usaha konveksi yang fokus ke 100% ekspor untuk brand dan merek pakaian di luar negeri.

Pemain usaha konveksi lainnya ialah Sofya Moureen pemilik brand Mouca. Sofya mulai berinovasi membuat OPD sejak akhir April lalu. Bahan yang digunakan untuk OPD produk Mouca ialah parasut yang anti air.

Sofya mengaku awalnya ia hanya menerima pesanan OPD untuk klinik kecantikan, namun lantaran respon masyarakat umum cukup baik maka ia juga menargetkan market umum.

Sehari Sofya mampu memproduksi 50 OPD baik untuk dewasa atau anak-anak. Total ada 10 penjahit yang dimiliki Sofya di tempat produksinya di Medan, Sumatera Utara.

Baca Juga: Kanye West gandeng Gap untuk kerjasama membuat line fashion Yeezy

"Range harga OPD kami Rp 180.00 - Rp 250.000. Sekarang sudah ada ready, karena permintaan banyak, kemarin pas awal sistem pre order," kata Sofya.

Sejak dilaunching sampai saat ini sudah ada 1.000 lebih pesanan yang diterima Mouca. Mayoritas disebut Sofya merupakan repeat order dari pelanggan. Produk OPD Mouca banyak dipesan dari pelanggan di Medan, Jakarta, Semarang, Kalimantan, dan Surabaya.

Sama seperti Fleure & Savezone, Mouca juga memanfaatkan marketplace dan reseller untuk memasarkan produknya. Selain bahan yang digunakan nyaman, Sofya juga menyebut OPD buatannya masih tetap bagus digunakan meski sudah 30 kali pencucian.

Lantaran memasok bahan baku dari Jawa, maka saat ini kendala pengiriman masih dirasakan Sofya. Rencana untuk bisnisnya ke depan Sofya ingin membuat produk baru berupa apron memasak yang fashionable.

Ide apron datang dari melihat maraknya masyarakat sekarang yang hobi memasak sejak adanya pandemi Covid-19.

"OPD omzet kita hitung saja 1000 buah dikalikan harga Rp 150.000 aja udah keliatan ada Rp 150 jutaan ya. Kami buka reseller tapi sekarang baru dua," imbuh Sofya.

Oh iya, sebelumnya Sofya fokus dalam memproduksi pakaian muslim dengan pasar menengah keatas yang dipasarkan di mall-mall. Namun lantaran pandemi Covid-19 usahanya sempat turun, dan untuk menjaga karyawannya tetap bisa bekerja maka Ia berinovasi ke produksi OPD.

Terakhir, pemain lainnya di inovasi jaket pelindung diri ialah Rininta Suci Lestari asal Yogyakarta pemilik Rininta Boutique. Awalnya Rininta hanya memproduksi kebaya yang biasa digunakan untuk pesta, wisuda dan lainnya.

Baca Juga: Grup Trisula Menjahit Bisnis APD dari Wabah Virus Covid-19

Berbeda dengan jaket pelindung diri buatan Mouca dan Fleure & Savezone, JPD buatan Rininta terdapat kombinasi batik atau tenun untuk mempermanis tampilan pemakainya. Rininta masih menerapkan pre order untuk JPD buatannya. Pelanggan dapat juga membuat JPD dengan desainnya sendiri.

"Kami terima custom jadi misal mau dikombinasi dengan apa atau mau ukuran  berapa, atau ada desain sendiri," kata Rininta.

Harga jaket pelindung diri buatan Rininta dibanderol Rp 100.000 hingga Rp 200.000 dengan waktu pre order lima sampai tujuh hari. Mulai memproduksi JPD sejak awal Juni lalu kini sudah ada 300 pesanan yang masuk ke Rininta.

Total Ia memiliki delapan penjahit yang mengerjakan JPD pesanan pelanggan. Ia mengaku kewalahan dengan pesanan yang masuk, namun untuk menambah penjahit lagi Rininta masih belum yakin, karena dinilai akan semakin lama memakan waktu untuk QC dengan banyak penjahit.

"Bahan kami dari PVC berserat halus kayak plastik transparan lembut nggak mudah sobek. Pencucian di rendem pakai sabun dijemur, lalu disetrika uap, kalau ngga bisa pakai setrika uap bisa disetrika biasa tapi dilapisi kain," jelas Rininta.

Baca Juga: Grup Trisula menjahit bisnis APD

Pesanan kini datang banyak dari Jabodetabek terutama Jakarta paling banyak. Perihal omzet Rininta mengaku kini Ia mampu mengantongi sekitar Rp 50 juta.

Untuk kendala kini Rininta masih berkutat pada proses pembuatan JPD yang cukup rumit, lantaran sifat bahan baku yang tidak seperti kain. Serta adanya kombinasi batik, tenun dan lurik yang memerlukan tenaga ekstra dipadukan dengan bahan baku JPD.

"Rencana ke depan, sasaran market ingin tambah ke usaha jasa, misal untuk rumah makan, salon, spa. Jadi bisa custom nama usaha mereka juga," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×