kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju ekspansi Bosowa tertahan rupiah


Senin, 23 Maret 2015 / 11:09 WIB
Laju ekspansi Bosowa tertahan rupiah
ILUSTRASI. Promo Superindo Weekday Periode 9-12 Oktober 2023.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Meski baru memasuki bulan ketiga 2015, Bosowa Corporation sepertinya sudah bulat memutuskan menunda realisasi tiga rencana ekspansi tahun ini. Grup perusahaan milik Aksa Mahmud, adik ipar Wakil Presiden Jusuf Kalla itu menyebut, pelemahan rupiah sebagai alasan penundaan ekspansi tersebut.

Nilai tiga proyek yang ditunda itu hingga Rp 5 triliun. "Beberapa proyek kami tunda karena sedang terjadi ketidakpastian," ujar Chief Executive Officer Bosowa Corporation Erwin Aksa kepada KONTAN, Kamis (19/3).

Tiga proyek yang tak jadi direalisasikan tahun ini adalah pertama, pembangunan pabrik semen. Khusus untuk rencana ini, selain faktor depresiasi rupiah, Bosowa menilai permintaan semen di pasaran juga berkurang. 

Alhasil, stok semen perusahaan tersebut dari pabrik yang sudah ada saat ini, justru masih berlimpah. Karenanya, Bosowa memilih menunda penambahan kapasitas produksi semen tahun ini.

Awalnya, Bosowa berencana membangun dua pabrik semen yakni di Maros, Sulawesi Selatan dan di Banyuwangi, Jawa Timur. Perinciannya, nilai investasi pembangunan pabrik semen di Maros sekitar US$ 300 juta. Perusahaan tersebut merancang pabrik semen Maros berkapasitas produksi tiga juta semen per tahun.

Sementara, nilai investasi pembangunan pabrik semen di Banyuwangi, Jawa Timur sekitar US$ 110 juta. 

Kedua, pembangunan pelabuhan Garong, di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Penundaan pelabuhan ini adalah buntut dari penundaan pembangunan dua pabrik semen di Maros.

Pasalnya, Bosowa merancang pelabuhan itu untuk membantu aktivitas distribusi semen di Maros.

Ketiga, pembangunan proyek properti. Semula Bosowa berencana menggenjot bisnis properti dengan membangun ratusan unit rumah untuk kalangan kelas menengah. Grup perusahaan itu ingin menghadirkan hotel di sejumlah wilayah di Sulawesi.

PLTU jalan terus

Setelah mengabarkan menunda tiga rencana ekspansi tahun ini, Bosowa belum membeberkan rencana lain untuk menggantikan tiga ekspansi itu. Yang pasti, penundaan tiga proyek tak berarti menandai berhentinya ekspansi Bosowa tahun ini.

Grup perusahaan asal Makassar tersebut menyatakan masih ingin merealisasikan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Janeponto, Sulawesi Selatan. PLTU tersebut merupakan proyek tahap II yang berkapasitas  2x125 megawatt (MW).

Bosowa menggarap proyek tersebut melalui PT Bosowa Energi. Bosowa Energi adalah perusahaan patungan bersama dengan PT Sumberenergi Sakti Prima.

Rencana Bosowa, PLTU tahap II itu untuk menyuplai listrik di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Perusahaan tersebut meyakini permintaan listrik di dua provinsi itu bakal meningkat seiring pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas rata-rata nasional. "Jadi, kami harapkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat tidak akan terhambat," ujar Erwin.

Sebelumnya, KONTAN mencatat, Bosowa ingin ambil bagian di proyek pembangkit listrik pemerintah berkapasitas 35.000 MW. Bosowa mengincar bagian pembangkit listrik berkapasitas 250 MW.

Tahun lalu, Bosowa merealisasikan ekspansi ke bisnis penerbangan. Optimistis dengan prospek bisnis penerbangan, grup perusahaan itu mengakuisisi Sky Aviation. 

Selain bisnis penerbangan, Bosowa juga merambah bisnis media dengan mengambilalih saham Bloomberg TV. Tujuan perusahaan itu adalah memperkuat dan melengkapi portofolio bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×