Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Selama lima tahun, kinerja BUMN gula nasional di bawah target yang ditentukan. Itu terjadi lantaran tidak adanya pabrik gula baru (PG). Sehingga produktivitas gula dan rendemen rendah.
Kementerian BUMN mencatat produksi gula dari perusahaan BUMN selama lima tahun naik turun. Misalnya pada tahun 2010 hingga 2012 produksi gula BUMN merosot. Lalu di tahun 2013 sampai 2014 terjadi kenaikan produksi sekitar 7%.
Kenaikan itu pun bisa dibilang tak sebanding dengan jumlah BUMN gula yang begitu banyak. Ada tujuh BUMN gula yang terdiri dari PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XIV dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Produksi gula BUMN hanya berkontribusi 60% dari total produksi gula nasional. Sisanya berasal dari swasta.
Gamal Nasir, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kemtan) menjelaskan, kondisi ini terjadi karena tertundanya pembangunan PG baru BUMN gula yang seharusnya dimulaiĀ tahun 2010. Kemtan mengusulkan agar tahun ini adanya PG baru sesuai dengan arahan Wakil Presiden, Jusuf Kalla.
"Wapres sudah arahkan untuk satu PG lama dilebur dan dibangun satu yang baru. Kalau penyertaan modal negara (PMN) diberikan kepada BUMN gula maka bisa terealisasi," kata Gamal, Rabu (4/2).
Adapun rincian produksi gula adalah sebagai berikut: pada tahun 2014 sebesar 1,51 juta ton dari target 1,8 juta ton. Lalu 2013 dari target produksi 2,12 juta ton, namun realisasinya cuma 1,4 juta ton.
Begitupun di 2012 target sebesar 1,9 9 juta dengan realisasi 1,5 juta ton. 2011 target produksi 1,8 juta ton dari realisasi 1,3 juta ton. Terakhir pada 2010 target produksi 1,5 juta ton realisasi 1,3 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News