Reporter: Muhammad Julian | Editor: Herlina Kartika Dewi
Menyoal bentuk dukungan ataupun stimulus yang diharapkan, Firman hanya berharap pemerintah bisa segera menyelesaikan permasalahan penyebaran corona yang ada. Dengan demikian, pasar pasca lebaran bisa menyerap produksi sepatu lokal dan tidak lagi terdisrupsi oleh virus corona.
Ancaman pelemahan rupiah
Tidak hanya corona, industri sepatu dalam negeri juga dibayangi oleh permasalahan lainnya seperti misalnya pelemahan nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah tercatat menembus di atas level Rp 16.000. Pelemahan kurs rupiah berpotensi turut mengerek beban biaya produksi industri sepatu dalam negeri. Pasalnya, sekitar 60%-70% kebutuhan bahan baku industri sepatu di dalam negeri masih dipasok secara impor. Oleh karenanya, biaya pembelianya sangat bergantung pada nilai tukar kurs rupiah.
Baca Juga: Wabah virus corona berdampak terhadap biaya produksi sepatu di dalam negeri
“Kalau fluktuasi rupiah untuk yang industri yang menyasar pasar domestik pasti terpengaruh karena harus jual dalam bentuk rupiah, ” tutur Firman (25/03).
Menimbang adanya pembatalan kontrak pesanana untuk periode Maret-lebaran dan pelemahan nilai tukar rupiah, Firman menuturkan bahwa opsi-opsi seperti penundaan pembayaran gaji dan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawan mungkin saja dilakukan oleh produsen sepatu yang menyasar pasar lokal. Namun demikian, opsi pemutusan hubungan kerja (PHK) belum jadi pilihan yang dipertimbangkan sejauh ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News