Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jepang dikabarkan masuk jurang resesi. Kondisi ini tampaknya bakal berdampak pada kinerja perdagangan Indonesia, salah satunya pada kegiatan ekspor di sejumlah industri Tanah Air.
Emiten saham kosmetik dan produk perawatan tubuh, PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) memastikan kinerja ekspor produk ke Jepang sejauh ini masih dalam kondisi aman. Manajemen menyampaikan, dampak dari resesi di Negeri Matahari Terbit itu hingga kini belum menurunkan volume ekspor perseroan.
"Sejauh ini untuk produk yang kami ekspor ke Jepang masih aman, baik dari segi pasar dan permintaan," kata Sekretaris Perusahaan Mandom Indonesia Alia Risyamaya Dewi, kepada Kontan, Rabu (22/2).
Baca Juga: Bidik Kenaikan Kinerja pada 2024, Begini Strategi Mandom Indonesia (TCID)
Alia menyampaikan, saat ini rasio penjualan ekspor perseroan rata-rata mencapai 25%-30% dari total penjualan. Sementara untuk penjualan produk ekspor ke Jepang sendiri menyumbang 20% penjualan. Adapun barang yang diekspor yaitu produk perawatan wajah dan rambut.
Selain Jepang, perseroan juga memperkuat pasar ekspornya ke negara Hongkong, Korea Selatan, United Arab Emirates (UAE), India dan juga semua negara ASEAN.
Sebagai informasi, Mandom Indonesia memproduksi dan memperdagangkan produk perawatan kulit, perawatan rambut, kosmetik, dan parfum. Produk-produknya yang terkenal antara lain; Lucido~L, Pixy, Pucelle, Gatsby, Fresh n Fresh, dan Johnny Andrean.
Diberitakan sebelumnya, Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) menyatakan, resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris sampai kini belum berpengaruh terhadap kinerja ekspor Indonesia. Pasalnya, sejumlah kontrak dagang yang terjadi di kuartal I-2024 saat ini sudah disepakati sejak kuartal IV-2023.
"Belum ada tren permintaan yang menurun," kata Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno kepada Kontan, Rabu (21/2).
Benny memprediksi, dampak dari resesi yang dialami dua negara itu justru baru terlihat ketika kuartal II-2024, seperti menurunnya volume permintaan dan adanya penyesuaian harga produk.
"Kemungkinan untuk pengiriman barang di semester kedua 2024 akan mengalami penurunan volume atau permintaan harga lebih murah. Masih belum bisa dihitung, namun (volume permintaan) nanti turun," ucapnya.
Untuk menyiasati kondisi global ini, para pengusaha tengah bersiap untuk mengalihkan pasarnya ke negara-negara tujuan ekspor yang ekonominya masih tumbuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News