kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mantan Wamen ESDM Arcandra Tahar beberkan keunggulan gross split di investasi migas


Jumat, 14 Agustus 2020 / 16:23 WIB
Mantan Wamen ESDM Arcandra Tahar beberkan keunggulan gross split di investasi migas
ILUSTRASI. Mantan Wamen ESDM Arcandra Tahar menilai, perlu dukungan insentif bagi industri minyak dan gas bumi (migas).


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menilai, perlu dukungan insentif bagi industri minyak dan gas bumi (migas) sebab industri migas memiliki kebutuhan biaya dan resiko yang tinggi. Untuk itu diperlukan penguasaan teknologi dan kemampuan memahami aspek komersial bagi para investor.

Arcandra menyebut, banyak kasus di dunia dimana sebuah proyek migas gagal lantaran tidak mendapatkan hasil sesuai dengan proyeksi di awal. Misal, proyek LNG Prelude di Australia yang dikelola konsorsium Shell menghentikan produksinya karena banyak masalah teknis yang belum terselesaikan dengan teknologi offshore LNG dan diperparah dengan adanya Covid-19. Proyek ini merupakan salah satu fasilitas LNG terapung terbesar di dunia dengan nilai investasi yang sangat besar.

Ia mengungkapkan, saat proyek dimulai pada 2011 silam, proyeksi produksi LNG mencapai 3,6 juta ton per tahun dengan investasi di Prelude ditaksir butuh biaya antara US$ 10,8 miliar - US$ 12,6 miliar. Bahkan, di akhir tahun 2019, investasi proyek Prelude diprediksi telah mencapai US$ 19,3 miliar, 45% lebih tinggi dari proyeksi awal.

"Namun LNG yang berhasil dikirimkan jauh lebih rendah daripada kapasitas terpasangnya. Pengiriman LNG pertama Prelude juga berjarak dua tahun dari rencana awal di tahun 2016," terang Arcandra dalam laman Instagramnya yang dikutip Jumat (14/8).

Baca Juga: ESDM: Peralihan kontrak bagi hasil bergantung evaluasi SKK Migas

Ia melanjutkan, pandemi covid-19 turut berdampak pada sektor energi dimana terjadi fluktuasi harga dan turunnya permintaan energi. Pada kondisi ini berbagai investor diprediksi bakal mengkaji ulang sejumlah rencana kerja. Dus, banyak negara akan bersaing ketat untuk memperebutkan pasar investasi migas.

Nah, perlu ada upaya demi meningkatkan gairah investasi ditengah kondisi saat ini. Salah satunya yakni pemanfaatan skema kontrak bagi hasil gross split.

Menurutnya, sistem fiskal yang ada haruslah menjamin dan memberikan kepastian investasi tanpa harus melakukan negosiasi kontrak kembali. Dengan demikian, investor juga mendapatkan benefit ketika situasi ekonomi atau harga minyak bergejolak.

Sebagai contoh, ketika harga turun, investor bisa mendapatkan bagi hasil yang lebih baik untuk menjaga tingkat keekonomian proyek migas tersebut. Sebaliknya, ketika harga minyak naik, negara yang akan mendapatkan bagi hasil lebih baik.

"Inilah salah satu daya tarik bagi kontraktor migas untuk menggunakan Gross Split. Ketika harga minyak turun, kontraktor bisa mendapat tambahan split hingga 7,5% dari gross revenue. Kegiatan procurement juga menjadi lebih efisien karena tidak melewati birokrasi yang panjang," kata Arcandra.

Menurutnya, efisiensi bakal membantu para pelaku migas bertahan ditengah kondisi krisis seperti yang terjadi saat ini. Ia melanjutkan, ketika proses procurement bisa dipangkas maka ada banyak biaya yang bisa dipangkas.

Ia membandingkan, sebelumnya butuh waktu 10 tahun-15 tahun dari eksplorasi sampai mulainya produksi, dengan procurement mandiri dalam sistem gross split, waktunya bisa dipangkas hingga 2 tahun-3 tahun lebih cepat.

"Sehingga kontraktor bisa menghemat banyak biaya seperti biaya operasional dan menaikkan NPV (Nett Present Value)," ujar Arcandra.

Selain insentif tersebut, dukungan insentif lain yakni mendorong Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk bisa mendapatkan tambahan split.

Ia menjelaskan, jika semakin tinggi TKDN, maka semakin besar pula split tambahan yang dimungkinkan diterima kontraktor.

"Bahkan jika suatu wilayah migas nilai keekonomiannya rendah, kontraktor bisa mendapatkan tambahan split. Ini adalah bukti dan komitmen perlindungan terhadap investor, sehingga kontraktor migas mendapatkan jaminan bahwa investasinya akan menguntungkan," kata Arcandra.

Baca Juga: Wow, kontrakor migas ramai-ramai minta ubah kontrak gross split ke cost recovery

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×