Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
Di sisi lain, tantangan juga datang dari aktivitas manufaktur pabrik-pabrik peleburan besi yang melesu di tengah pandemi virus corona. Hal ini berdampak pada turunnya volume penjualan perusahaan, sebab selama ini penjualan besi scrap perusahaan menyasar pabrik-pabrik peleburan baja yang ada di wilayah Jawa Timur.
Meski begitu, OPMS ingin terus menjaga keberlangsungan bisnisnya. Untuk itu, perusahaan telah melakukan sejumlah strategi, salah satu di antaranya yakni dengan menambah pelanggan-pelanggan baru berupa pabrik peleburan baja di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto.
Menurut Rubbbyanto, upaya tersebut telah membuahkan hasil, sehingga tugas OPMS selanjutnya adalah terus menjaga hubungan baik dengan pelanggan baru agar kontinuitas penjualan bisa dicapai.
Baca Juga: Penjualan turun, OPMS optimis bisa capai target penjualan hingga tutup tahun
Selain itu, OPMS juga melakukan diversifikasi penjualan hasil pemotongan kapal dengan menjual spare part kapal dan non ferrous seperti tembaga, kuningan, dan alumunium. Rubbyanto bilang, penjualan non ferrous turut berkontribusi dalam mengangkat marjin laba bersih perseroan. Hal ini menurutnya sudah tergambar dalam kinerja OPMS di kuartal pertama tahun ini.
Berdasarkan, laporan keuangan OPMS, penjualan bersih perusahaan di kuartal I-2020 turun 74,61% secara tahunan menjadi Rp 7,33 miliar. Sebelumnya, penjualan bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 28,90 miliar pada kuartal I-2019.
Seturut penurunan penjualan bersih, laba bersih tahun berjalan OPMS ikut menyusut 42,50% yoy dari semula Rp 1,51 miliar di tiga bulan pertama 2019 menjadi Rp 869,99 juta di akhir Maret 2020 lalu.
Meski begitu, marjin laba bersih OPMS di kuartal I 2020 meningkat menjadi 11,86% dari penjualan bersih. Sebelumnya, marjin laba bersih OPMS hanya mencapai 5,23%% terhadap penjualan bersih di kuartal I tahun lalu.
“Jika dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya, prosentase laba bersih meningkat 126%, kami berupaya sampai dengan akhir tahun perusahaan bisa tetap bertahan di kondisi ini,” kata Rubbyanto.
Baca Juga: Simak Daftar Emiten Bebas Risiko Gagal Bayar Utang
Dihubungi terpisah, Direktur Utama OPMS Meilyna Widjaja bilang, perusahaan masih akan membeli kapal dengan ukuran tonase minimal 2.000 ton untuk menambah persediaan bahan baku pembuatan scrap.
Meilyna tidak merinci berapa anggaran yang disiapkan maupun jumlah kapal yang ingin dibeli, namun ia bilang tambahan kapal baru nantinya akan melengkapi stok kapal yang dimiliki OPMS. Asal tahu, saat ini OPMS masih memiliki stok 1 buah kapal berukuran 3.200 ton.
Selain itu, OPMS juga menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 9,75 miliar dari sisa dana hasil penawaran umum initial public offering (IPO) untuk membeli lahan dan gudang sendiri.
“Capex untuk membeli lahan dan gudang karena selama ini kami masih sewa,” kata Meilyna saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/8).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News