Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Impian PT Martina Berto Tbk membesarkan bisnis jamu semakin mendekati kenyataan. Sejak Januari 2015 kemarin, perusahaan kosmetik tersebut mulai mengoperasikan pabrik jamu baru di Cikarang, Jawa Barat.
Pabrik jamu tersebut memiliki kapasitas produksi terpasang 269 ton per tahun. Namun, untuk tahap awal, Martina Berto tidak akan memanfaatkan semua kapasitas produksi terpasang.
"Produksinya masih kecil jadi belum bisa kami launching secara resmi," ujar Corporate Secretary Martina Bertho Desril Mochtar kepada KONTAN, Rabu (4/2).
Sekadar mengingatkan, Martina Berto mengucurkan biaya investasi Rp 20 miliar untuk membangun pabrik di lahan seluas 1 hektare (ha). Di sekitar pabrik Cikarang tersebut, ada lahan perkebunan tanaman herbal seluas 3 ha. Tanaman herbal itulah yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan jamu.
Selain volume produksi yang belum maksimal. Manajemen perusahaan itu menyebut harga jual jamu lebih murah ketimbang kosmetik.
Karenanya, Manajemen perusahaan ini hanya mematok target kontribusi penjualan jamu 2% terhadap total pendapatan tahun ini. Asal tahu saja, tahun ini perusahaan berkode MBTO di Bursa Efek Indonesia mengincar pertumbuhan penjualan 9%-10% dari realisasi 2014.
Memang hingga kini MBTO belum mempublikasikan kinerja sepanjang 2014. Namun, sebelumnya, manajemen perusahaan ini menyatakan optimistis bisa mencetak penjualan sekitar Rp 650 miliar dan laba Rp 15 miliar hingga akhir 2014. Jika proyeksi itu terpenuhi, berarti incaran total penjualan 2015 adalah Rp 708,5 miliar–Rp 715 miliar.
Masih memakai asumsi yang sama, berarti bidikan kontribusi penjualan bisnis jamu tahun ini berkisar Rp 14,17 miliar–Rp 14,30 miliar.
Martina Berto mengakui tak terlalu agresif dengan target kinerja tahun ini. Pertimbangannya, daya beli masyarakat masih terganggu oleh dampak tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan fluktuasi harga bahan bakar minyak (BBM).
Produk baru
Merasa tantangan bisnis tahun ini besar dan bisnis jamu tak akan berkontribusi banyak, Martina Berto membekali diri dengan dua strategi lain. Pertama, peluang menaikkan harga jual 8%-10%.
Dalam menaikkan harga, Martina Berto mempertimbangkan kompetitor dan kebutuhan menjaga margin bisnis. "Yang penting, gross margin kami tetap terjaga karena biaya iklan kami juga tidak murah," kata Desril.
Kedua, meluncurkan produk baru dengan sasaran pasar unisex. Sayangnya, untuk strategi kedua ini, manajemen Martina Berto belum bisa bercerita banyak.
Saat ini, Martina Berto memiliki varian produk sekitar 1.800 stock keeping units (SKU). Dari jumlah tersebut, 430 SKU di antaranya adalah produk potensial yang layak mendapatkan perhatian lebih untuk dikembangkan lagi.
Patut dicatat, tahun lalu Martina Berto juga woro-woro ingin masuk bisnis bisnis alat perlengkapan kecantikan berbahan baku kapas di tahun ini. Perusahaan itu akan menggandeng perusahaan lokal dan sudah mempersiapkan dana Rp 21 miliar.
Sayangnya, hingga saat ini proses negosiasi dengan perusahaan yang masih dirahasiakan identitasnya, belum menemukan kata sepakat perihal harga akuisisi. Dus Martina Berto berencana mengusung topik tersebut dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Juni 2015 nanti. "Kalau masih belum menemukan kesepakatan juga, mungkin kami akan mencari alternatif lain atau perusahaan lain," pungkas Desril.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News