kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Medco Energi (MEDC) tetap fokus kejar produksi migas hingga 105 MBOEPD di tahun ini


Senin, 06 Juli 2020 / 16:48 WIB
Medco Energi (MEDC) tetap fokus kejar produksi migas hingga 105 MBOEPD di tahun ini
ILUSTRASI. MedcoEnergi optimistis jaga kinerja ditengah pandemi. DOK MEDCO


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan minyak dan gas (migas) PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) tetap fokus mengejar target produksi migas di tahun ini terlepas dari adanya sejumlah tantangan bisnis, seperti pandemi Corona yang disertai volatilitas harga minyak dunia.

Direktur/Chief Planning & Financial Officer (CFO) Medco Energi Internasional Anthony R. Mathias menyebut, pihaknya berupaya terus menggenjot produksi migas yang di tahun ini ditargetkan di kisaran 100-105 Million Barrel Oil Of Equivalent per Day (MBOEPD). Target ini sebenarnya merupakan hasil revisi mengingat sebelumnya MEDC pernah memasang target produksi migas di level 110 MBOEPD di tahun 2020.

Baca Juga: Bakal Rights Issue, Saham ACST dan MEDC Masih Menarik?

Dari kisaran target tersebut, 67 MBOEPD di antaranya merupakan produksi gas sedangkan 33-38 MBOEPD yang tersisa merupakan produksi minyak mentah. Adapun biaya unit migas MEDC di tahun ini dipertahankan pada level di bawah US$ 10 per Barrel of Equivalent (BOE).

Sayangnya, Anthony belum bisa memaparkan realisasi produksi migas MEDC hingga akhir kuartal pertama dan kedua tahun ini. Sebab, pihaknya masih dalam tahap finalisasi laporan keuangan kuartal I-2020.

Yang jelas, ia mengaku bahwa tahun ini merupakan masa yang sangat menantang bagi MEDC yang berkecimpung di industri migas. Apalagi, industri tersebut turut terdampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia.

Aktivitas operasional MEDC pun mengalami hambatan dan mesti dilakukan penyesuaian. Perusahaan ini tentu fokus mengutamakan keselamatan dan kesehatan pekerja serta kontraktor di masa pandemi. “Sementara pada saat yang sama, kami berusaha meminimalkan dampak pandemi terhadap bisnis perusahaan,” ungkap Anthony, Senin (6/7).

Baca Juga: Emiten Ramai Menggelar Rights Issue, Tidak Ada Jaminan Saham Baru Terserap Optimal

Manajemen MEDC pada dasarnya tetap yakin bahwa permintaan terhadap produk migas akan mulai membaik seiring pemulihan ekonomi di masa kenormalan baru.

Jika ditelusuri, harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai bangkit meski belum mencapai level yang sama seperti awal tahun ini. Mengutip Bloomberg, harga minyak dunia jenis West Texas Intemediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2020 di New York Mercantile Exchange (Nymex) telah menyentuh level US$ 40,89 per barel.

Padahal, di kuartal pertama dan awal kuartal dua, harga minyak dunia sempat jatuh di bawah level US$ 10 per barel. Seiring masih volatilnya pergerakan harga minyak dunia, MEDC berusaha menerapkan kebijakan yang fleksibel. Hal ini memungkinkan MEDC untuk bisa menanggapi perubahan kondisi pasar yang kerap kali tidak terduga.

Karena itu pula MEDC lebih selektif menjalani bisnis di tahun 2020. Misalnya dengan menunda investasi jangka pendek atau proyek yang sifatnya tidak mendesak ketika harga minyak dunia berada di level yang rendah. “Tetapi kami tetap mempertahankan kemampuan kami untuk meningkatkan aktivitas siklus pendek ketika harga minyak kembali pulih,” ujar Anthony.

Baca Juga: Sejumlah emiten berburu dana lewat rights issue di tengah pandemi Covid-19

Fleksibilitas kebijakan bisnis yang diterapkan MEDC juga berpengaruh pada alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan di tahun ini yang ditetapkan sebesar US$ 240 juta. Angka tersebut lagi-lagi merupakan hasil revisi karena sebelumnya MEDC menyediakan capex sebesar US$ 340 juta.

Nantinya, MEDC akan menggunakan US$ 180 juta dari capex di tahun ini untuk kegiatan bisnis migas, sedangkan sisanya sebesar US$ 60 juta untuk menunjang bisnis ketenagalistrikan.

Jika dibedah lebih jauh, dari total capex bisnis migas sebesar US$ 180 juta di tahun ini, MEDC akan menggunakan dana sebesar US$ 117 juta untuk proyek PSC, sedangkan US$ 21 juta untuk proyek non-PSC. Adapun dana yang tersisa sebesar US$ 42 juta akan digunakan MEDC untuk kegiatan eksplorasi.

Guna menopang modal kerja di tahun ini, MEDC hendak melakukan rights issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 7,5 miliar saham. MEDC pun telah meminta persetujuan atas aksi korporasi tersebut saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) bulan lalu. “Besaran dana perolehan rights issue akan ditentukan setelah kami menetapkan harga pelaksanaannya,” ujar Anthony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×