Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
Nama Emil Arifin sudah melekat dengan kesuksesan gurita bisnis PT Dani Prisma Mitra. Bersama tiga orang saudara kandungnya, ia mendirikan kerajaan bisnis yang saat ini sudah menapak usia 27 tahun.
Perusahaan milik keluarga mantan Kepala Bulog, Bustanil Arifin, ini mampu menjadi gurita bisnis mulai dari makanan, perkebunan hingga properti. Sepanjang tahun lalu, perusahaannya berhasil mengantongi omzet hingga Rp 3 triliun. Tahun ini, Emil menargetkan penjualan bisa lebih dari Rp 3 triliun. Sayang, ia tak mau menyebut laba perusahaannya.
Di balik nama besar grup usaha yang kini menghimpun karyawan 20.000 orang lebih ini, ada peran besar Bustanil dalam merintis berdirinya Dani Prisma pada 1987. Sebagai seorang ayah, ia meminta keempat anaknya, yakni Yani Arifin, Alex Arifin, Alwin Arifin, dan Emil Arifin, untuk bergabung dalam satu grup usaha.
Dari situlah lahir PT Dani Prisma Mitra. Kebetulan, saat itu keempat anaknya ini sudah sukses membangun berbagai macam usaha. Jadi, Dani Prisma ini didirikan sebagai holding yang menghimpun perusahaan milik kakak beradik ini.
Bahkan perusahaan milik ibunya yang bergerak di industri olahan susu juga ikut bergabung. "Pesan ayah saya, kami harus hidup rukun. Jadi jangan sampai ada yang kaya sekali atau miskin sekali," kenang Emil.
Kala itu, Emil sendiri sudah sukses mengelola bisnis olahan udang. Bisnis udangnya sudah berkembang hingga ekspor ke Jepang. "Bahkan, saya mendapat penghargaan Primaniyarta dua kali dari pemerintah," ujarnya.
Sementara, kakaknya yang paling tua, Yani, mengelola bisnis leasing dan komunikasi CSM. Sedang Alex berbisnis furnitur dan trading, sedang Alwin bergerak di minyak dan real estat.
Adapun ibunya mengelola usaha peternakan sapi perah yang sudah dirintis sejak 1966. Berawal dari empat ekor sapi perah di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kini usaha itu menjadi PT Yummy Food Utama. "Peternakannya sekarang ada di Cijantung," ujar Emil.
Lantaran masing-masing sudah sukses, awalnya mereka agak ragu mendengar permintaan ayahnya untuk bergabung dalam satu holding usaha. "Pasalnya kami sudah maju duluan sendiri-sendiri, baru Dani Prisma dibentuk pada tahun 1987. Itu sebelum Sriboga lahir," katanya.
Namun, setelah melewati beberapa kali musyawarah keluarga, akhirnya mereka sepakat bergabung. Musyawarah keluarga juga sepakat menunjuk Alwin sebagai Presiden Direktur Dani Prisma.
Hanya, saat itu yang digabungkan adalah perusahaan yang prospeknya kurang bagus. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang kinerjanya bagus tetap dikelola sendiri-sendiri.
Memimpin Dani Prisma
Kepemimpinan Alwin di Dani Prisma berlangsung hingga tahun 1994. Alwin terpaksa melepas jabatannya di Dani Prisma karena harus fokus menangani Sriboga yang kala itu sedang dalam masa pertumbuhan.
Begitu juga dengan dua saudaranya yang lain. Mereka ketika itu juga sedang fokus menangani unit bisnis lainnya. Sejak itu, tampuk kepemimpinan dipegang oleh Emil. Ayahnya sendiri yang memilih Emil untuk memimpin Dani Prisma.
Pertimbangannya, bisnis Emil di industri pengolahan udang sedang bagus-bagusnya, sehingga bisa diserahkan ke orang lain untuk menanganinya. Awal memimpin Dani Prisma, Emil dihadapkan pada banyak sekali masalah.
Soalnya, kebanyakan usaha yang digabung ke dalam Dani Prisma adalah bisnis yang sedang tidak berkembang, sehingga butuh perbaikan. Emil lalu melakukan business mapping. Usaha yang punya prospek dipertahankan, sedangkan yang prospeknya kurang bagus ditutup atau dijual.
"Yang dijual seperti bisnis internet Radnet, dan yang di-cut seperti beberapa perkebunan sawit yang tidak beres tanahnya. Dan dananya difokuskan untuk pengembangan perusahaan-perusahaan kecil," ujarnya.
Dari business mapping itu diputuskan agar Dani Prisma fokus pada tiga lini bisnis utama. Yaitu, bisnis makanan, agrikultur, dan properti. Pemilihan bisnis makanan sebagai salah satu bisnis inti murni atas saran ayahnya.
"Ayah saya mengatakan, apa pun yang terjadi di negeri ini, produksi makanan tidak akan mati karena dalam situasi apa pun orang akan butuh makan," jelasnya.
Di bisnis makanan, Dani Prisma membawahi beberapa perusahaan. Antara lain,
PT Sriboga Ratu Raya yang merupakan holding untuk beberapa anak perusahaan. Yakni, PT Sari Melati Kencana (Pizza Hut), PT Sriboga Marugame Indonesia (restoran Marugame Udone), PT Sriboga Flour Mill (tepung terigu), PT Sriboga Bakeries Integra (bisnis roti), dan PT UD Sumber Rezeki (distribusi tepung terigu).
Di luar Sriboga, ada juga PT Yummy Food Utama. Perusahaan ini menghasilkan sejumlah produk olahan susu, seperti yoghurt, yoghurt drink, cheese, soft cheese, dan hard cheese.
Awalnya, Emil mengalami kesulitan mengembangkan bisnis olahan susu ini. Ia sempat hampir menjualnya. Namun, setelah ada Yummy, ia memutuskan untuk mempertahankan bisnis ini. "Saat ini kami sudah punya 700 ekor sapi," ujarnya.
Emil mengklaim, Yummy merupakan perusahan pertama di Indonesia yang bisa membuat keju. Awalnya, Emil ragu karena keju buatan Indonesia kurang dipercaya masyarakat. Namun, saat krisis moneter melanda Indonesia, hotel-hotel tidak bisa membeli keju dari luar negeri karena mahal; sehingga terpaksa beli dari Yummy. "Mulai dari situ kami berkembang dan kini menjadi market leader," kata dia.
Di sektor agrikultur, bisnis grup ini meliputi perkebunan sawit di Palangkaraya, Medan, dan Aceh seluas 33.000 ha. Lalu ada juga di Kalimantan Tengah di bawah PT Bisma seluas 16.000 ha. Dari total luas lahan itu yang sudah tertanam 30.000 ha.
Selain sawit, Dani Prisma juga mengelola usaha perkebunan buah, seperti buah naga, srikaya, jeruk pamelo, dan mete di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, seluas 500 ha. Sementara, untuk bisnis properti dikelola oleh Daniland Group yang menjadi sub-holding properti dari PT Dani Prisma Mitra.
Proyek properti yang dikembangkan meliputi hotel, mal, residental, landed house, apartemen, dan perkantoran. Menurut Emil, Dani Prisma sudah lama mengembangkan properti. Namun, bisnis ini lama vakum.
Salah satu proyek properti tertua yang dikembangkan perusahaan ini adalah Mal Kalibata. "Mal tersebut merupakan mal kedua tertua setelah Ratu Plaza di Jakarta," ujar Emil.
Ke depan, Dani Prisma ingin ekspansi ke sektor energi dengan membangun pembangkit listrik yang bersumber energi terbarukan, seperti gas, air, turbin, dan solar. Untuk lokasi pembangkit ini, Emil mengaku sudah melirik beberapa daerah di wilayah Indonesia Timur.
Bahkan, menurutnya, sudah ada beberapa lokasi yang sudah pasti hanya tinggal mengurus perizinan. "Karena izin sekarang, kan, tidak gampang," kata dia.
Adapun di bidang properti, di samping fokus membenahi Mal Kalibata, Daniland juga sedang mengembangkan apartemen dan kondotel di areal mal tersebut dengan mengusung konsep green.
Selain itu, Daniland berencana membangun sejumlah proyek properti lagi. Sebutlah membangun mal di daerah Indramayu, apartemen di bilangan Kebayoran Baru, dan hotel serta perumahan di daerah Cinere. "Sebenarnya ada lagi mal yang mau dibangun di Cijantung tapi karena moratorium DKI, kami terhenti," katanya.
Akan halnya di sektor makanan, Dani Prisma akan terus mengembangkan Yummy. Maklum, konsumsi olahan susu di Indonesia masih sangat rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News