kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengacara, pembalap dan pebisnis


Senin, 20 Januari 2014 / 17:26 WIB
Pengacara, pembalap dan pebisnis
ILUSTRASI. Harga Saham BUMI & ANTM Melemah di Perdagangan Bursa Senin (29/8). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Tri Sulistiowati, Titis Nurdiana, Barly Haliem | Editor: Havid Vebri

Sukses di profesi tertentu sudah biasa. Tetapi tidak banyak orang yang bisa sukses di banyak atau beberapa bidang profesi sekaligus. Agustus Sani Nugroho adalah contoh dari sejumlah orang yang telah sukses menekuni beberapa profesi sekaligus. Pria kelahiran 13 Agustus 1964 ini dikenal sebagai blogger, penulis, pembalap, pengacara  dan pengusaha.

Kendati seorang sarjana hukum, ia lulusan Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, kariernya bukan dimulai dari dunia pengacara.  Awalnya, ia mencoba peruntungan di dunia bisnis dengan mendirikan PT Propasindo Gemilang pada 1984. Perusahaan ini bergerak di bidang periklanan.

Proyek pertamanya adalah menggarap iklan di angkutan Koperasi Wahana Kalpika (KWK). Lewat kerjasama itu itu ia menggarap iklan yang unik, yaitu pembuatan iklan di 1.500 mobil angkutan KWK se-DKI Jakarta.

Bukan tanpa perhitungan mengapa dia memilih menggarap iklan di angkot.  Waktu itu, pengelolaan iklan yang besar-besar dikuasai oleh orang-orang besar, termasuk keluarga Cendana. "Kalau saya ikut bertarung bisa kalah. Makanya saya menggarap iklan di angkot," kata dia menerangkan bisnisnya.

Sebagian besar kliennya saat itu adalah perusahaan obat.  Modalnya? "Kecillah, modal nekat," kata Nugroho, panggilan karib Agustus Sani Nugroho kepada KONTAN.

Belum lama memimpin perusahaannya, Nugroho mendapat tawaran bekerja sebagai lawyer di Australia.  Awalnya dia ragu menerima tawaran itu karena masih ingin mengembangkan bisnis. Apalagi, saat itu ia baru mendapat database konsumen yang dapat diajak bekerjasama untuk menggenjot perkembangan bisnisnya.

Namun, setelah mempertimbangkan matang-matang, ia akhirnya menerima tawaran tersebut dan pindah ke Negeri Kanguru. Untuk melanjutkan bisnisnya, ia menunjuk seorang teman menggantikan posisinya memimpin perusahaan yang didirikannya. Sayang, perusahaannya itu tutup di tengah jalan.  "Cuma soul-nya tidak dapat," katanya.

Ia lama menjadi pengacara di Australia sebelumnya akhirnya kembali ke Jakarta dan mendirikan kantor pengacara bernama Nugroho, Panjaitan, & Patners. Sebagai seorang lawyer yang memiliki jiwa bisnis, Nugroho tetap menyempatkan diri melihat peluang bisnis. Tahun 1994 dia kembali mencoba peruntungan di dunia bisnis dengan mengakuisisi perusahaan bernama PT Two Next Pratama.

Lewat perusahaan itu ia menjajal bisnis panas bumi. Ide bisnis ini muncul setelah melihat besarnya potensi panas bumi di Indonesia. Menurutnya, ke depannya panas bumi akan banyak digunakan sebagai salah satu sumber energi alternatif.

Selain itu, belum banyak perusahaan yang bermain di bisnis panas bumi. Maklum, teknologi pada zaman itu masih belum memadai dan terbilang mahal. Pemain di bisnis panas bumi juga baru dua perusahaan. Keduanya perusahaan asing, yang satu  dari Selandia Baru dan lainnya dari Amerika Serikat.

Ia menggandeng kedua perusahaan asing tersebut. Intinya, ia menawarkan kerjasama  untuk membantu mereka mendapatkan proyek di Indonesia. Syaratnya mereka mau memasukkan dan mentransfer teknologi," kata Nugroho. Dari situlah ia mengawali bisnisnya di bidang panas bumi.

Kemudian Nugroho juga merambah sektor energi terbarukan. Nugroho  merambah bisnis gas dengan memproduksi compressed natural gas (CNG) atau biasa disebut bahan bakar gas (BBG). Bisnis gas itu dikembangkan di bawah bendera PT Bahtera Abadi.

Untuk mengembangkan bisnis ini, Nugroho merogoh kocek sekitar US$ 30 juta. Nugroho menilai, bisnis CNG memiliki prospek cerah karena menjadi sumber energi alternatif yang banyak dibutuhkan di masa depan. "Lihat saja untuk saat ini bahan bakar gas dijadikan sebagai bahan bakar transportasi umum," ujarnya.

Selain itu, CNG juga dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk. Di industri makanan,  bahan bakar gas juga dimanfaatkan sebagai sumber energi. Menurutnya, CNG sangat cocok untuk energi alternatif karena potensinya yang tersedia banyak di Indonesia.
Otomotif dan makanan

Ia juga memproduksi BBG. Dalam memproduksi BBG, Bahtera Abadi mengambil gas alam dari PT Gas Suma. Ia juga masih ingin mengembangkan bisnis ini dengan menambah lokasi baru.

Selain sektor energi, belakangan ia juga merambah bisnis otomotif. Dengan mengibarkan bendera PT Supermoto Indonesia, ia menjadi pemegang lisensi diler Ducati sejak tahun 2005.

Di perusahaan itu, ia menjabat sebagai presiden direktur. Menjadi pemasok Ducati di pasar Indonesia juga sejalan dengan hobinya yang suka menunggangi motor gede.  

Tentu Supermoto tak sembarangan mengambil alih lisensi sebagai ATPM Ducati di Indonesia. Langkah itu diambil, karena ia melihat pasar Ducati di Indonesia masih bisa berkembang.

Ada beberapa hal yang mendasari keyakinannya. Antara lain, di Indonesia Ducati cukup dikenal sebagai sepeda motor balap. Biasanya, orang suka Ducati dengan alasan suka sport atau penggemar balap sepeda motor. "Branding yang kuat ini salah satu alasan saya berani mengambil lisensi Ducati," kata Nugroho.

Keyakinannya ini terbukti benar. Penjualan motor Ducati di Indonesia cukup lumayan. Tahun 2012, misalnya, Supermoto memasarkan lebih dari 500 unit motor sport asal Italia  yang berharga minimal Rp 300-an juta per unit itu.

Ia pun terus mengembangkan jaringan untuk motor ini. Saat ini, PT Supermoto Indonesia sudah memiliki 10 jaringan diler Ducati di seluruh Tanah Air. Nugroho mengatakan, jaringan diler ini akan terus ditambah guna menggenjot penjualan.

Sukses di bisnis otomotif tidak membuat dirinya cepat puas. Naluri bisnisnya bahkan tidak berhenti untuk menjajal sesuatu yang baru.  
Tahun 2008, ia mengakuisisi perusahaan makanan olahan milik Bob Sadino, PT Kemang Food (Kemfood). Sayangnya, ia tidak menjelaskan nilai transaksi pembelian tersebut. "Tidak mahal," katanya.

Asal tahu saja, saat itu Kemfood sedang mengalami masa-masa sulit karena adanya kesalahan manajemen. Di tangan dingin Nugroho, satu persatu permasalahan yang melilit perusahaan tersebut dapat diselesaikan.

Setelah proses akuisisi tuntas, ia lalu melakukan aksi bersih-bersih di internal perusahaan. Antara lain, menyelesaikan kewajiban pada karyawan dan pemasok, meminta keringanan pembayaran kepada kantor pajak, dan mendatangi bank-bank kreditur Kemfood untuk melakukan restrukturisasi.

Ia juga membenahi sistem keuangan perusahaan. Perbaikan manajemen dilakukan dengan mengumpulkan jajaran manajemen mulai dari level general manager, kepala seksi, sampai kepala divisi guna menyamakan visi dan misi.

Pada kesempatan itu, ia menyampaikan motivasinya mengambil alih Kemfood. Nugroho mengaku, tertarik dengan brand Kemfood yang sudah kuat di pasaran. Ia juga menyampaikan beberapa hal yang perlu dilakukan manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Ia mengaku, imbas dari kebijakannya itu ada beberapa karyawan yang keluar karena tidak sepaham. "Ini adalah hal yang natural dan kami juga perlu memasukkan darah baru agar ada semangat baru," katanya.

Setelah membereskan itu semua, ia lalu kembali mengembangkan pasar dengan membidik supermarket-supermarket umum. Sebelumnya, target konsumen perusahaan adalah konsumen premium. "Alhamdulillah, Kemfood makin baik," ungkapnya.

Setelah Kemfood, tahun 2012, dia kembali berekspansi di bisnis makanan. Kali ini giliran membeli PT SAP Baverages Indonesia, produsen minuman sari buah dan moka merek SAP serta produsen air mineral dengan merek yang sama. "Ini perusahaan tua berdiri tahun 1970-an tapi prospeknya masih bagus" ungkapnya. Kini, dia sedang membenahi bisnis SAP.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×