Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
Manfaat untuk masyarakat
Berbicara laba bukan hanya soal margin dari barang dengan nilai tambah melainkan juga dari efisiensi. Ini yang menjadi dasar Antam membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pomalaa berkapasitas 2x30 megawatt (MW).
Pabrik dengan nilai investasi sekitar US$ 145 juta itu mulai beroperasi pada 2016. Sebelum PLTU itu berdiri, operasional pabrik Pomalaa bergantung pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
Tarif listriknya kala itu sekitar Rp 1.500 per kwh. Bahkan, tarif itu bsia naik ke level Rp 1.800 tergantung dari fluktuasi harga minyak. "Tapi setelah PLTU Pomalaa berdiri tarif listriknya turun menjadi sekitar Rp 1.200 per kwh," kata Nilus.
Penurunan itu jika diakumulasikan memiliki imbas positif untuk mengurangi beban pokok dari produksi feronikel Antam. Namun, tidak berhenti sampai disitu. PLTU Pomalaa juga memberikan efek positif bagi masyarakat sekitar.
Setelah dihidupkan, PLTU Pomalaa ternyata punya kelebihan kapasitas sekitar 5 MW. Sementara, kebutuhan listrik untuk Kabupaten Kolaka sebesar 16 MW.
Kelebihan pasokan itu yang kemudian juga disalurkan ke masyarakat. "Jadi, PLTU ini juga menyumbang 30% dari kebutuhan listrik di Kolaka," pungkas Nilus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News