kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek konsolidasi para pengembang properti


Senin, 22 November 2021 / 19:02 WIB
Menakar prospek konsolidasi para pengembang properti
ILUSTRASI. PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Foto: citralandbanjarmasin.com


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

Adapun akuisisi dan konsolidasi diharapkan oleh perusahaan bisa memberi nilai tambah kepada para pemegang saham dan stakeholders. Menurut Minarto, secara umum, hal ini akan membawa sentimen positif bagi industri properti.

Minarto bilang, PWON memang belum memiliki kolaborasi dengan pengembang lain dalam proyek properti. Namun ke depan, PWON membuka berbagai opsi dalam melancarkan ekspansi. "PWON terbuka dengan opsi-opsi untuk ekspansi usaha secara organik maupun non-organik," ujarnya.

Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk (DILD) Theresia Rustandi mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki sejumlah proyek pengembangan properti dengan mitra strategis, baik itu investor, pemiliki lahan, maupun developer lain.

Misalnya saja, proyek kawasan hunian DUO di Tangerang yang dikembangkan bersama PT Quanta Land Indonesia, serta kawasan mixed-use terpadu Amesta Living di Surabaya yang bekerjasama dengan pengembang PT Abdael Nusa.

Baca Juga: Penjualan moncer, Panca Anugrah Wisesa (MGLV) revisi target pendapatan

Selain melakukan kolaborasi, DILD juga membuka opsi untuk melakukan akuisisi sebagai bagian dari strategi utama pertumbuhan Intiland. "Jadi kami akan terus mengeksplorasi peluang-peluang kerjasama atau akuisisi. Pada prinsipnya kami membuka ruang menjalin kerjasama strategis untuk pengembangan proyek-proyek properti jangka pendek maupun jangka panjang," kata Theresia.

Direktur & Corporate Secretary PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) Ferry Suhardjo juga berpandangan bahwa ke depan, kolaborasi antar pengembang untuk membangun properti di suatu kawasan bisa menjadi tren. "Karena developer tanpa kolaborasi akan semakin sulit mengembangkan suatu kawasan atau kompleks yang lengkap dan besar, karena keterbatasan lahan terutama di Jabodetabek," pungkas Ferry.

Dalam hal ini, Senior Research Advisor Knight Frank Syarifah Syaukat menilai bahwa perusahaan yang memiliki keunggulan spesifik di dalam subsektor properti tertentu akan melihat peluang diversifikasi bisnis ke segmen yang masih prospektif, terutama di tengah pandemi.

Patut dicatat bahwa beberapa subsektor properti saat ini masih dihadapkan pada tantangan berat, seperti perkantoran dan ritel yang belum pulih sepenuhnya. "Poinnya adalah, dengan kolaborasi, para pengembang besar akan menjadikan ritme produktivitas lebih padu untuk mengakselerasi bisnisnya," kata Syarifah saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/11).

Adapun untuk ekspansi landbank, akan dilakukan pengembang untuk memastikan keberlanjutan usahanya. Apalagi lahan merupakan media usaha dengan sumberdaya yang langka, terutama di wilayah perkotaan. Di sisi lain, kerjasama pengembang pada umumnya dilakukan untuk role share dengan pemangku kepentingan lain termasuk pemilik lahan hingga perbankan.

"Sinergi dan kesepadanan dalam kerjasama sedianya telah terjalin diantara pengembang lokal, hal ini menyebabkan nilai tambah dari masing-masing pengembang memberi arti terhadap kesuksesan proyeknya," tutup Syarifah.

Selanjutnya: Masih loyo, pendapatan Bukit Uluwatu (BUVA) melorot hingga kuartal III

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×