kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menanti harga mobil listrik di Indonesia lebih terjangkau


Minggu, 06 Desember 2020 / 15:10 WIB
Menanti harga mobil listrik di Indonesia lebih terjangkau
ILUSTRASI. Pengisian daya mobil listrik Lexus UX300e.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi

Alhasil soal harga jual yang manakah yang tepat bagi pasar Indonesia, HPM masih terus mengkaji. Kata Billy, terkait harga Honda pada dasarnya mengembangkan teknologi berdasarkan tren dan kebutuhan konsumen, termasuk mengikuti kondisi pasar, regulasi dan infrastruktur dalam penentuannya.

Perihal harga, Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) belum lama ini mengatakan bahwa harga mobil listrik saat ini yang dibanderol paling murah kisaran Rp 500 jutaan masih tergolong mahal. Hal tersebut akan menjadi tantangan besar bagi APM memasarkan produk mobil listriknya di dalam negeri.

Apalagi menurut Gaikindo mayoritas daya beli masyarakat terhadap mobil di Indonesia dapat dilihat dari mobil yang paling laris low MPV dengan harga kisaran di bawah Rp 250 juta per unit. "Untuk itu konsumennya (mobil listrik) pasti membelinya sebagai mobil kedua atau ketiga, jadi bukan mobil pertama. Dengan tingkat ekonomi menengah ke atas keputusan membeli mobil antara lain bisa dalam rangka mencoba atau peduli terhadap isu lingkungan," terang Kukuh.

Baca Juga: Harga mobil baru Nissan ini murah, di bawah Rp 100 juta

Gaikindo pun bilang jika ingin mendapatkan harga mobil listrik yang lebih terjangkau, maka perlu mendorong keberadaan industri komponennya, agar dapat mengungkit local content produk tersebut. Salah satunya, terkait industri nikel dimana Pemerintah dinilai harus mendorong pembangunan pabrik baterai mobil listrik di dalam negeri.

Seperti diketahui, baterai mobil listrik masih menjadi komponen paling mahal dari kendaraan elektrifikasi. Dengan memproduksinya sendiri, ongkos produksi pun bisa ditekan, apalagi harga baterai tersebut kalau dihitung berkisar 40%-45% dari harga satu unit mobil.

Hal senada juga diungkapkan Bebin Djuana, Pengamat Otomotif bahwa persoalan harga jual juga akan jadi tolak ukur konsumen dalam negeri dalam memilih mobil listrik. "Dengan hampir semua merek sudah punya mobil listriknya, tergantung jenis apa nanti yang akan dibawa ke Indonesia. Konsumen akan menimbang dari sisi harga, pengisian daya dan teknologi lainnya," ungkap Bebin.

Untuk itu ia mencermati, tak seinstan itu pangsa pasar mobil listrik dapat terkerek naik. Apalagi APM dituntut yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen, dan terus approaching pasar akan dapat mencuri perhatian pelanggan dengan produk yang dipunyainya. Bebin memberikan catatan, memang tidak gampang transisi dari mobil dengan sistem pembakaran ke listrik untuk itu APM perlu mengukur pasarnya terlebih dahulu.

Selanjutnya: 7 Konsumen menggugat DFSK hampir Rp 9 miliar, apa yang terjadi?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×