Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang dikabarkan tengah menyusun rencana untuk menghilangkan mobil berbahan bakar bensin dari mobil baru di Jepang pada pertengahan 2030-an dan menetapkan tujuan untuk menjadikan semua kendaraan roda empat menjadi mobil hibrida dan mobil listrik.
Hal tersebut sesuai niatan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga untuk mengurangi gas emisi menjadi nol tahun 2050, METI sedang mempertimbangkan tujuan "mengurangi emisi" dalam penjualan mobil baru dengan menjadikan semua mobil menggunakan hibrida dan listrik.
Apakah langkah yang diambil Jepang tersebut akan mempengaruhi prioritas program mobil listrik Agen Pemegang Merek (APM) mobil asal Jepang di Indonesia? Henry Tanoto, Vice President Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan bahwa arah industri otomotif ke depan memang ke elektrifikasi, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Bisnis otomotif loyo, premi asuransi umum turun
"Dan sejak pertama kali diperkenalkan (mobil listrik Toyota) di Indonesia hingga kini, penerimaan masyarakat juga semakin baik," terang Henry kepada Kontan, Minggu (6/12). TAM diketahui mulai memperkenalkan model mobil listrik hybrid di kisaran 2009, Henry mengaku APM mampu menjual kisaran 2 unit per bulannya.
Hingga akhirnya di bulan 2015, TAM mampu menjual mobil hybrid-nya sebanyak 12 unit per bulan sampai pada tahun 2020 ini rata-rata per bulan APM mampu menjual 79 unit mobil listrik keluaran perusahaan. "Dari pilihan modelnya pun makin variatif. Dari hanya 1 pilihan saja di 2009, di 2020 ini bahkan TAM sudah menghadirkan teknologi elektrifikasi yang lengkap melalui 8 HEV, 1 PHEV (plug in) dan 1 BEV (full EV), " urai Henry.
"Dari sisi harga juga semakin affordable. Saat ini Toyota memiliki varian hybrid di bawah Rp 500 juta," kata Henry. Soal harga jual, menurut TAM mobil listrik besutan Toyota dari waktu ke waktu akan semakin affordable, hanya saja untuk menyamai harga seperti mobil berbahan bakar bensin pada umumnya perlu pendalaman industri pendukung seperti misalnya baterai maupun komponen lainnya.
Ke depannya, TAM mengaku akan menghadirkan lebih banyak lagi pilihan kendaraan elektrifikasi bagi masyarakat Indonesia, agar konsumen juga bisa memilih yang sesuai dengan kebutuhannya baik itu HEV, PHEV, maupun BEV. Adapun yang terbaru TAM telah menghadirkan Toyota Lexus UX 300e yang merupakan mobil full EV dengan harga kisaran Rp 1,2 miliar per unitnya.
Baca Juga: Kemenhub bakal batasi operasional truk pada liburan akhir tahun
Sementara itu bagi brand Honda, rencana negara asalnya beralih kepada mobil listrik secara total sebenarnya sejalan dengan visi perusahaan di tingkat global. "Visi 2030, Honda berkomitmen untuk mencapai target elektrifikasi terhadap 2/3 dari total penjualan secara global pada tahun itu," terang Yusak Billy, Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) kepada Kontan, Minggu (6/12).
Apalagi saat ini Honda kata Billy juga telah memiliki berbagai opsi untuk teknologi ramah lingkungan, termasuk yang berbasis listrik. HPM sendiri sampai sekarang belum meluncurkan jenis mobil listrik di Indonesia.
Manajemen sempat bilang, perusahaan sangat berhati-hati mempelajari tren segmen ini di dalam negeri. "Saat ini kami sudah mempunyai teknologi ramah lingkungan mulai dari hybrid, fuil cell, plug in, baterai (mobil listrik), tapi kami masih melakukan studi untuk teknologi mana yang paling sesuai,” kata Billy.
Alhasil soal harga jual yang manakah yang tepat bagi pasar Indonesia, HPM masih terus mengkaji. Kata Billy, terkait harga Honda pada dasarnya mengembangkan teknologi berdasarkan tren dan kebutuhan konsumen, termasuk mengikuti kondisi pasar, regulasi dan infrastruktur dalam penentuannya.
Perihal harga, Kukuh Kumara, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) belum lama ini mengatakan bahwa harga mobil listrik saat ini yang dibanderol paling murah kisaran Rp 500 jutaan masih tergolong mahal. Hal tersebut akan menjadi tantangan besar bagi APM memasarkan produk mobil listriknya di dalam negeri.
Apalagi menurut Gaikindo mayoritas daya beli masyarakat terhadap mobil di Indonesia dapat dilihat dari mobil yang paling laris low MPV dengan harga kisaran di bawah Rp 250 juta per unit. "Untuk itu konsumennya (mobil listrik) pasti membelinya sebagai mobil kedua atau ketiga, jadi bukan mobil pertama. Dengan tingkat ekonomi menengah ke atas keputusan membeli mobil antara lain bisa dalam rangka mencoba atau peduli terhadap isu lingkungan," terang Kukuh.
Baca Juga: Harga mobil baru Nissan ini murah, di bawah Rp 100 juta
Gaikindo pun bilang jika ingin mendapatkan harga mobil listrik yang lebih terjangkau, maka perlu mendorong keberadaan industri komponennya, agar dapat mengungkit local content produk tersebut. Salah satunya, terkait industri nikel dimana Pemerintah dinilai harus mendorong pembangunan pabrik baterai mobil listrik di dalam negeri.
Seperti diketahui, baterai mobil listrik masih menjadi komponen paling mahal dari kendaraan elektrifikasi. Dengan memproduksinya sendiri, ongkos produksi pun bisa ditekan, apalagi harga baterai tersebut kalau dihitung berkisar 40%-45% dari harga satu unit mobil.
Hal senada juga diungkapkan Bebin Djuana, Pengamat Otomotif bahwa persoalan harga jual juga akan jadi tolak ukur konsumen dalam negeri dalam memilih mobil listrik. "Dengan hampir semua merek sudah punya mobil listriknya, tergantung jenis apa nanti yang akan dibawa ke Indonesia. Konsumen akan menimbang dari sisi harga, pengisian daya dan teknologi lainnya," ungkap Bebin.
Untuk itu ia mencermati, tak seinstan itu pangsa pasar mobil listrik dapat terkerek naik. Apalagi APM dituntut yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen, dan terus approaching pasar akan dapat mencuri perhatian pelanggan dengan produk yang dipunyainya. Bebin memberikan catatan, memang tidak gampang transisi dari mobil dengan sistem pembakaran ke listrik untuk itu APM perlu mengukur pasarnya terlebih dahulu.
Selanjutnya: 7 Konsumen menggugat DFSK hampir Rp 9 miliar, apa yang terjadi?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News