kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Menanti Implementasi Hilirisasi Digital Prabowo - Gibran


Jumat, 18 Oktober 2024 / 17:05 WIB
Menanti Implementasi Hilirisasi Digital Prabowo - Gibran
ILUSTRASI. Hilirisasi digital. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/wsj.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Computrade Technology International (CTI Group), penyedia solusi infrastruktur teknologi informasi di Indonesia, menggelar gathering tahunan bagi para eksekutif bisnis teknologi yang tergabung dalam komunitas Golden Circle Club (GCC).

Acara ini fokus membahas peluang dan tantangan implementasi program Hilirisasi Digital yang menjadi perhatian utama para pelaku industri IT di era pemerintahan baru.

Rachmat Gunawan, CEO CTI Group menyatakan bahwa program Hilirisasi Digital merupakan inisiatif penting untuk memperkuat ekosistem digital di Indonesia.

Baca Juga: Menko Airlangga: Adopsi Teknologi Digital Indonesia Naik 11 Peringkat WDC Ranking

“Kami melihat potensi besar dari program ini, baik dalam membuka peluang bisnis baru maupun meningkatkan daya saing industri teknologi nasional. Sebagai penyedia solusi IT, kami siap berkolaborasi dengan mitra strategis untuk memastikan transformasi digital berjalan inklusif dan berkelanjutan,” ungkapnya pada Jumat (18/10).

Dalam diskusi, ekonom senior Aviliani menyoroti bahwa meski pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 5% pada 2025, tantangan utang negara semakin signifikan.

"Indonesia sedang memasuki Debt Fatigue Era, dengan pembayaran utang mencapai 30% dari pendapatan negara," jelasnya.

Aviliani juga menekankan pentingnya kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi transformasi digital, terutama mengingat skor PISA Indonesia yang masih di bawah rata-rata OECD.

Baca Juga: Stabilitas Ekonomi Indonesia Tetap Terjaga di Tengah Tantangan Global

Aviliani menambahkan bahwa sektor pertanian, manufaktur, dan pariwisata memiliki potensi besar untuk digitalisasi.

Namun, tantangan terbesar adalah regulasi yang harus selaras dengan perkembangan teknologi.

"Hilirisasi Digital memerlukan regulasi yang sejalan dengan inovasi, agar investasi besar di industri tidak terhambat," katanya.

Zulfadly, pembicara lainnya, menekankan pentingnya pemerataan akses internet sebagai fondasi Hilirisasi Digital.

“Penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5%, namun banyak daerah masih berada dalam blindspot digital,” jelasnya, seraya menekankan bahwa roadmap Hilirisasi Digital harus melibatkan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta.

Baca Juga: Gibran Kunjungi Kantor Bahlil, Bahas Ekonomi Digital hingga Percepatan Investasi

Soegiharto, atau yang akrab disapa Hoky, menutup diskusi dengan menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mewujudkan Hilirisasi Digital.

“Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan penyedia solusi sangat krusial. Kita harus memastikan bahwa seluruh wilayah, termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), ikut menikmati manfaat transformasi digital," tutup Hoky.

Selanjutnya: Mulai Bulan Ini Dana Pensiun Tak Lagi Bisa Dicairkan Sebelum 10 Tahun

Menarik Dibaca: 25 Ucapan Hari Osteoporosis Sedunia 2024 untuk Kesadaran Kesehatan Tulang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×