Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Juli 2023 lalu, RedDoorz berhasil mencetak pertumbuhan cash flow operasional positif hingga empat kali lipat dibandingkan periode sebelum pandemi Covid. Cashflow positif ini didorong oleh efektivitas platform perhotelan
RedDoorz mengurangi tingkat cash burn rate hingga 70% secara tahunan alias year on year (yoy) pada semester I 2023. Hal ini sejalan ambisi RedDoorz mencapai break even point (BEP) secara grup di akhir tahun 2023.
Menurut Amit Saberwal, CEO RedDoorz, pasca pandemi perusahaannya lebih fokus menggarap wisatawan domestik untuk menghindari risiko yang sama jika terjadi pandemi lagi. “Sebelum pademi, banyak hotel-hotel di Asia yang mengandalkan pergerakan turis Tiongkok. Namun setelah pandemi kita telah belajar untuk tidak lagi bergantung pada mereka,” terang Amit, Kamis (5/10.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menyebut jumlah pergerakan wisatawan domestik di Indonesia sampai pertengahan tahun 2023 sudah mencapai 433 juta orang dari target 1,2 miliar orang. “Kami yakin pergerakan wisatawan domestik ini masih akan terus meningkat sampai akhir 2023 dan diharapkan berimplikasi pada okupansi hotel RedDoorz dan multi-brand,” jelas Adil Mubarak, VP Operations & Multi-Brand RedDoorz Indonesia.
Baca Juga: Jadi Pilihan Gen-Z, RedDoorz Berhasil Menambah SANS Hotel Menjadi 50 Tahun Ini
Momentum pemilihan umum (pemilu 2024) bisa menjadi katalis bisnis perhotelan, termasuk jaringan RedDoorz. "Pertumbuhan saat pemilu bisa antara 15%-20%," terang Adil.
Dalam tiga hingga empat tahun ke depan, jumlah properti RedDoorz ditargetkan mencapai 8.000. “Rencana kami berikutnya adalah bisa go public di 2027 karena kami ingin menjadi perusahaan jaringan perhotelan terbesar di Asia Tenggara,” imbuh Adil. Sebelumnya RedDoorz sempat menyebut, penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) perusahaan pada tahun 2025.
Terkait IPO di 2027, RedDoorz belum bisa bercerita terlalu banyak. IPO bisa dilakukan di bursa Amerika Serikat (AS) atau Indonesia. RedDoorz masih wait and see kondisi pasar keuangan global yang masih kurang bagus melakukan IPO.
Menurut Adil,, kondisi pasar keuangan global akan sangat menentukan valuasi saham perusahaan. Pihaknya tidak ingin harga saham menjadi terjun bebas seperti yang terjadi pada perusahaan-perusahaan teknologi yang IPO sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News