Reporter: Amalia Fitri | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT First Media Tbk (KBLV) terus berupaya menekan kerugian tahun lalu agar kinerjanya membaik pada tahun ini. Pada 2018, KLBV menderita kerugian Rp 3,5 triliun dan tahun 2017 rugi sebesar Rp 1,1 triliun.
Presiden Direktur Independen KBLV Hariandi Noerlan mengatakan, pihaknya akan memaksimalkan kinerja anak-anak usaha perseroan untuk mendongkrak kinerja tahun ini.
"Tahun ini perseoran akan meningkatkan kegiatan usaha, salah satunya adalah penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan in building solution dari Prima Wira Utama (PWU) serta jasa internet dan TV berlangganan" ujar Harianda dalam kesempatan paparan publik di Hotel Aryaduta Tugu Tani, Jakarta, Jumat (26/4).
Kerugian besar yang ditelan KBLV didominasi oleh pemutusan izin beroperasi Bolt oleh Kementerian Informasi dan Telekomunikasi (Kominfo) karena perseroan dianggap mangkir dari kewajibannya membayar Biaya Hak Penggunaan spektrum frekuensi radio kepada negara.
"Jika ditanya mengapa tidak membayar? Bisa dikatakan karena ada ketidakadilan. Lalu apakah pihak kami bisa membayar? Jawabannya tidak. Tetapi semua proses refund dan penyelesaian kepada pelanggan sampai 28 Februari, sudah kami selesaikan," tutur Harianda.
Berdasarkan catatan Kemkominfo dari laman resminya, First Media memiliki nilai tunggakan BHP frekuensi radio sebesar Rp 364,84 miliar, dan anak usahanya PT Internux (Bolt) sebesar Rp 343,57 miliar.
Lebih lanjut, ia merinci tahun ini pihaknya menargetkan pendapatan sebesar Rp 220 miliar. Hal ini disokong dari kinerja anak perusahaan PWU sebesar Rp 95 miliar, rental kantor dan ruangan sebesar Rp 20 miliar.
Dengan target tersebut, KBLV mengakui jika sampai tahun depan perusahaan masih akan merugi. Dengan demikian, pihaknya belum merencanakan adanya aksi korporasi di tahun ini.
Sementara untuk belanja modal, KBLV menganggarkan biaya sebesar Rp 8,7 miliar yang digunakan untuk menunjang kinerja anak-anak perusahaan, seperti jasa nilai tambah kartu, kinerja rumah produksi, hingga penyediaan konten dan berita.
"Sementara potensi kerugian lain tahun ini adalah, sisa-sisa perangkat Bolt yang masih ada. Jikalau dijual pun rugi, karena sudah bekas," imbuh Harianda.
Bolt sendiri berkontribusi sebesar 80% dari keseluruhan pendapatan KBLV. Pada masa akhir beroperasi, Bolt tercatat mampu mengakuisisi lebih dari 3 juta pelanggan reguler di daerah Jabodetabek, Medan, dan Banten. Perangkat ini juga memiliki cakupan layanan di lebih dari 300bts, yang 90% didukung oleh kabel fiber optik.
"Kami akan terus recover pelan-pelan, masih ada harapan", tutup Harianda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News