Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di balik kesuksesan Kopi Kenangan yang kini menjamur di berbagai sudut kota, bahkan merambah mancanegara, berdiri sosok Edward Tirtanata.
Pria yang kini dikenal sebagai CEO dari jaringan kedai kopi yang lekat di hati masyarakat Indonesia ini ternyata menyimpan perjalanan hidup dan karir bisnis yang menarik.
Edward mengaku memiliki ketertarikan pada dunia bisnis sejak masa belia. Namun kala itu, dia masih belum memiliki cita-cita yang spesifik untuk terjun ke dunia bisnis secara serius.
Saat kecil, Edward merupakan sosok yang gemar bermain game dan bisa membaca peluang bahwa hobinya dapat mendatangkan uang. Bisnis pertama yang dia lakoni datang dari sini, yakni menjajal dunia jual beli kartu Pokemon kepada teman-teman sekolahnya.
"Sejujurnya, waktu remaja saya belum punya cita-cita yang spesifik. Tapi kalau dipikir-pikir, dari kecil memang saya punya ketertarikan terhadap dunia bisnis. Saya suka proses jual-beli, suka mikirin strategi. Jadi, bisa dibilang dari hobi main game malah muncul semangat berwirausaha," ungkap Edward saat wawancara dengan Kontan, Kamis (24/4).
Baca Juga: Ekspansi Bisnis Kopi Kenangan ke Australia Jadikan Kopi Kenangan Mendunia
Lahir dari keluarga pengusaha, nilai-nilai bisnis secara tidak langsung tertanam dalam diri Edward. Titik balik terjadi ketika ia menempuh pendidikan di Northeastern University, Amerika Serikat. Kabar kurang baik mengenai kondisi ekonomi keluarga.
Hal itu membuat Edward terpacu untuk lebih giat belajar dan mengubah sifat kurang disiplinnya dari SMA dan awal kuliah.
Ketekunannya itu berbuah manis. Edward berhasil lulus cumlaude dalam waktu dua tahun dengan dua gelar sekaligus, akuntansi dan keuangan.
"Saya lihat keuangan itu fondasi penting kalau mau masuk dunia bisnis. Waktu itu saya belum tahu akan masuk ke bisnis apa, tapi saya sadar saya harus ngerti keuangan dulu kalau mau sukses di usaha apa pun," kata Edward.
Awal Mula Karier
Jalan Edward menuju industri kopi ternyata cukup panjang. Selepas kuliah, ia sempat membantu bisnis keluarganya di bidang batubara.
"Dari situ saya belajar bahwa bisnis komoditas itu tidak stabil dan sangat tergantung pada banyak faktor x. Saya mulai mencari-cari ide bisnis yang lebih stabil, yang dibutuhkan orang setiap hari," tuturnya.
Eksplorasinya membawa Edward mendirikan kedai teh bernama Lewis & Carroll. Dari sana, ia memetik banyak pelajaran, terutama mengenai pentingnya branding yang harus sejalan dengan model bisnis yang solid. Hingga akhirnya, pandangannya tertuju pada potensi besar industri kopi di Indonesia.
Edward bercerita, lahirnya Kopi Kenangan bermula karena dia melihat adanya missing gap di pasar kopi di Indonesia. Kala tahun 2017, perbandingan harga antara kopi instan dengan merek kopi internasional sangat jauh.
Hal itu yang membuat Edward melahirkan brand Kopi Kenangan karena ingin menduduki posisi yang menengahi celah tersebut agar menghadirkan kopi berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.
Perjalanannya bertahan di industri kopi tentu tidak selalu mulus. Pasalnya, Edward harus tekun belajar tentang kopi dari nol.
"Saya bukan barista, jadi butuh waktu lama buat bisa ngerti dan bikin produk yang bisa diterima pasar. Belum lagi adaptasi budaya tiap kota atau negara saat ekspansi, itu tantangan tersendiri," ungkapnya.
Baca Juga: Mengintip Strategi Fore dan Kenangan Menjaga Harga di Tengah Kenaikan Harga Kopi
Namun dalam melakoni bisnis, Edward memegang teguh prinsip "customer obsession" yang ia pelajari dari Jeff Bezos. Dirinya meyakini, bisnis dapat berjalan jika produknya dapat melekat di hati pelanggan.
Baginya, industri kopi adalah arena yang dinamis dan menarik. Apalagi, menurutnya, orang Indonesia memiliki kreatifitas tinggi yang membuat tren cepat berubah.
"Yang paling menarik tuh gimana kita bisa terus berinovasi—mulai dari menu, teknologi pemesanan, sampai desain toko. Tapi tantangannya ya itu menjaga konsistensi kualitas produk dan service di ratusan outlet di berbagai negara itu enggak mudah," kata Edward.
Untuk itu, dia selalu menekankan kepada timnya untuk kerja cerdas bukan hanya kerja keras. Dia juga kerap memberikan pendekatan humanis ketika menghadapi karyawan yang mengalami demotivasi.
"Biasanya saya ajak ngobrol dulu. Saya coba paham apa yang mereka rasain. Kadang mereka cuma butuh didengarkan. Saya juga usahain mereka bisa kerja di lingkungan yang suportif dan punya jalur karier yang jelas. Motivasi itu harus dua arah, enggak bisa dipaksa," imbuhnya.
Penikmat Kopi
Bukan hanya sebagai pengusaha kopi, Edward juga mengaku sebagai penikmat kopi jauh sebelum memiliki brand Kopi Kenangan. Minum kopi masih menjadi salah satu hobbinya dalam menikmati waktu senggang. Bahkan dia menyebut bisa menghabiskan dua hingga tiga gelas kopi dalam setiap harinya.
Kebiasaan minum kopinya kerap menjadi momen berkesan dalam menemukan ide, termasuk saat mencetuskan akan terjun ke industri kopi. Menurutnya, industri kopi memiliki potensi besar. Dan lahirnya kopi kenangan karena keresahannya sebagai penikmat kopi yang merasa harga kopi premium terlalu mahal.
"Saya berpikir, pasti banyak orang lain yang merasakan hal yang sama. Dari situ, saya terinspirasi untuk mendirikan Kopi Kenangan, dengan tujuan menyediakan kopi berkualitas tinggi dengan harga yang lebih terjangkau," ujarnya.
Baca Juga: Meraih Cuan dari Bisnis Kopi Sejuta Jiwa
Selanjutnya: Proline Resmikan Pabrik Reagen Baru, Kapasitasnya Naik 6 Kali Lipat
Menarik Dibaca: Produk Baru Somethinc Soroti Tren Kosmetik Hybrid dan Inklusivitas Warna Kulit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News