kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.754.000   -4.000   -0,23%
  • USD/IDR 16.880   -305,00   -1,84%
  • IDX 5.993   -518,05   -7,96%
  • KOMPAS100 846   -83,60   -9,00%
  • LQ45 668   -66,55   -9,06%
  • ISSI 186   -15,71   -7,80%
  • IDX30 353   -34,03   -8,80%
  • IDXHIDIV20 427   -41,10   -8,78%
  • IDX80 96   -9,73   -9,23%
  • IDXV30 101   -9,63   -8,68%
  • IDXQ30 116   -10,55   -8,31%

Menggenjot produksi nikel saat China menanti


Sabtu, 30 Januari 2016 / 17:30 WIB
Menggenjot produksi nikel saat China menanti


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Saat permintaan komoditas tambang lesu, kondisi berbeda justru terjadi untuk nikel. Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (APPI) melaporkan, saat ini ada tren kenaikan permintaan nikel dari China.

Ketua APPI Jonatan Handojo bilang, China aktif mencari nikel untuk dibawa ke negeri mereka, termasuk nikel dalam bentuk olahan seperti nickel pig iron (NPI) maupun feronikel.

Untuk diketahui, Indonesia tak lagi mengekspor nikel mentah mulai 2015. Ekspor nikel bisa dilakukan setelah diolah di dalam negeri.

"Makanya, China cari setengah jadi berupa nickel pig iron," kata Jonatan kepada KONTAN, Kamis (28/01).

Jonatan, yang juga menjabat sebagai Direktur Pengembangan PT Indoferro, menjelaskan, kenaikan pesanan nikel dari China terlihat dari ekspor nikel yang dilakukan Indoferro. Tahun terdahulu, Indoferro mengekspor NPI ke China dengan kontainer.

Karena belakangan ini ekspor lebih banyak, Indoferro menggunakan kapal curah berkapasitas 40.000 ton - 60.000 ton NPI.

Tak hanya Indoferro, Jonatan bilang, ada perusahaan nikel yang juga menikmati kenaikan pesanan nikel dari China.

Mereka adalah PT Sulawesi Mining Investment, PT Century Metalindo, dan PT Bintang Timur Steel.

China bukan satu-satunya negara tujuan ekspor nikel. Selain ke China, menurut Jonatan, negara tujuan ekspor Indoferro lainnya, yakni India, Taiwan, dan Korea Selatan.

Genjot produksi

Kenaikan permintaan nikel dari China membuat Indoferro menyusun strategi untuk menambah produksi. "Produksi kami dalam sehari bisa 200 ton, sekarang sudah 350 ton," jelas Jonatan.

Menambah produksi dilakukan agar kinerja perusahaan tetap membiru. Untuk diketahui, harga NPI belakangan ini berkisar di harga US$ 8.000 per metrik ton.

Meski harga terbilang murah ketimbang harga sebelumnya, Jonatan bersyukur masih bisa mengekspor.

Apalagi, mereka membeli bahan mentah nikel atau iron ore dengan rupiah. "Saat dolar Amerika Serikat (AS) naik, kami menerima lebih banyak karena kami menjual dengan dolar AS," kata Jonatan.

Potensi kenaikan permintaan nikel juga disampaikan Tri Hartono, Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Namun, Tri tak tahu pasti, apakah kenaikan permintaan nikel itu datang dari China atau tidak.

"Yang jelas permintaan naik karena produksi nikel kita sudah naik," kata Tri kepada KONTAN, Kamis (28/01).

Tri mengklaim, kenaikan permintaan akan datang lagi setelah selesainya pembangunan pabrik nikel Aneka Tambang unit IV di Pomalaa pada Maret 2016.

Dengan beroperasinya pabrik pengolahan nikel ini, kapasitas produksi olahan Aneka Tambang naik menjadi 27.000 ton nikel, dari kapasitas produksi sebelumnya 18.000 ton.

Saat ini, Antam tak hanya mengekspor ke China, tapi juga ke Korea Selatan dan Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×