kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengintip bisnis perhotelan di tengah lonjakan kasus Covid-19


Senin, 28 Juni 2021 / 20:12 WIB
Mengintip bisnis perhotelan di tengah lonjakan kasus Covid-19
ILUSTRASI. Bisnis perhotelan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus positif Covid-19 kembali melonjak signifikan di bulan Juni. Akibatnya, pembatasan mobilitas masyarakat kembali diperketat. Perhotelan menjadi salah satu segmen bisnis yang terpukul paling telak.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menjelaskan, hingga awal bulan Juni saja, kondisi bisnis perhotelan belum bisa pulih. Kondisi itu tampak dari tingkat rata-rata okupansi yang masih bergerak di level 30%-35%.

Dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 dan terjadi pengetatan dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dipastikan akan kembali menekan bisnis hotel dan restoran. Sebab dengan kondisi ini, acara pertemuan dan resepsi pernikahan di hotel menjadi dibatasi ketat, bahkan tidak diperbolehkan. Kemudian di sisi restoran, jam buka pun sudah dibatasi.

Kondisi ini memperparah raihan pendapatan pengusaha hotel dan restoran yang sudah anjlok sejak tahun lalu. Apalagi average room rate atau rata-rata nilai harga kamar juga sudah merosot 30%-40% karena rendahnya demand pada tahun lalu.

"Okupansi pasti akan ada pergerakan turun, ditambah lagi dengan pendapatan lainnya. Ini kondisi yang sangat sulit bagi pelaku usaha pariwisata khususnya hotel dan restoran, karena sudah menanggung beban yang cukup panjang selama satu setengah tahun," kata Maulana kepada Kontan.co.id, Senin (28/6).

Baca Juga: Sepanjang kuartal I, Puradelta Lestari (DMAS) sudah serap 30% anggaran capex

Di sisi lain, ada peluang untuk mengisi okupansi dan meraih pendapatan bagi pengusaha hotel. Misalnya, lewat kerjasama dengan pemerintah atau rumah sakit yang ingin memakai kamar hotel untuk isolasi atau pun ruang perawatan, seiring dengan keterbatasan rumah sakit dalam menampung lonjakan pasien Covid-19.

Menurut Maulana, program tersebut bukanlah hal baru karena sudah diterapkan sejak September 2020. Sejumlah hotel, dijadikan tempat akomodasi untuk tenaga kesehatan (nakes) atau pun untuk menampung pasien Covid-19 Tanpa Gejala (OTG). Hanya saja, cara ini bukan tanpa catatan.

Pertama, untuk hotel yang mengikuti kerjasama tersebut tentu bisa menambah pemasukan. Namun, jumlah hotel yang bisa terlibat akan terbatas, tidak akan banyak. Meski tidak membeberkan data secara rinci, namun Maulana memberikan gambaran, hotel yang mengikuti kerjasama untuk tempat OTG di Jakarta tidak lebih dari 10 hotel.

"Jadi jangan dipersepsikan setiap ada program itu langsung ada dampak pada satu provinsi apalagi nasional. Nggak begitu, karena hotel yang terlibat juga nggak banyak," sebut Maulana.

Kedua, terkait masalah pembayaran. Maulana mengungkapkan, hingga saat ini program hotel sebagai tempat akomodasi nakes masih terus berjalan. Beberapa hotel dibiayai oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). 

Namun untuk hotel sebagai ruang isolasi OTG beberapa ada yang diberhentikan lantaran ada tunggakan pembayaran. Padahal, perusahaan sangat membutuhkan pemasukan untuk menjaga arus kas hotel agar tetap bisa bertahan. 

"Karena hotel yang menerima (OTG) kan tidak bisa menerima tamu lain. Jadi itu satu-satunya pendapatan dari sana. Kalau tidak lancar (pembayaran) makin sulit posisi hotel," sebut Maulana.

Ketiga, terkait branding hotel. Setelah selesai menjadi tempat isolasi OTG atau pasien Covid-19, hotel pun harus melakukan re-branding untuk menjaga persepsi kepercayaan masyarakat. "Ya setelah semua selesai, tentunya kami akan melakukan re-branding," sambung Maulana.

Baca Juga: Program work from Bali segera dimulai, begini efeknya untuk kinerja Dafam Hotel

Dihubungi terpisah, CEO Dafam Hotel Management (DHM) Andhy Irawan menyampaikan beberapa hotel di jaringan DHM melakukan kerjasama dengan rumah sakit untuk menampung tenaga kesehatan.

Hingga saat ini, Andhy bilang pihaknya masih akan fokus untuk menampung nakes, dan belum menyediakan tempat bagi pasien Covid-19. 

Dengan tak merinci, Andhy menyampaikan bahwa sejumlah hotel di jaringan DHM tersebut berlokasi di Jakarta dan Bandung. Andhy mengakui, cara ini mampu menambah pendapatan bagi DHM.

"Tentunya (akan menambah pendapatan) dan bisa membantu operasional cost yang selama ini bisnis perhotelan masih tidak menentu tingkat huniannya," pungkas Andhy.

Selanjutnya: Tren bullish, harga batubara berpotensi pecahkan rekor tertinggi sepanjang masa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×