Sumber: Kompas.com | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Skema hotel bubble (hotel gelembung) di area sekitar Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) akan diterapkan pemerintah bagi jamaah haji tahun 2026.
Lewat konsep ini, calon jamaah tidak lagi harus melalui gedung Asrama Haji sebagaimana di embarkasi lainnya, tetapi dapat menggunakan hotel-hotel di kawasan depan bandara yang telah disiapkan sesuai standar pelayanan haji.
Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah, Agraria, dan Tata Ruang Kementerian Koodinator (Kemenko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Nazib Faizal dalam rilis, Jumat (14/11/2025).
“Konsep ini akan meningkatkan kenyamanan jamaah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, terutama sektor perhotelan, transportasi, dan UMKM lokal,” terang Nazib.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (Waketum DPP REI) Bambang Ekajaya menjelaskan, konsep ini sebetulnya lebih mengarah pada hotel yang berada di area-area terbuka dan eksotisme alam. Namun, tetap tidak kalah dengan fasilitas hotel bintang.
Akan tetapi, fasilitas hotel bubble menjaga konsumen tetap aman di satu area yg terproteksi, seperti Pandemi Covid-19. Sehingga, dapat membatasi ruang gerak penghuninya di satu wilayah tertentu. "Kalau untuk jamaah haji lebih tepat di fungsi kedua (keamanan), hanya konsepnya mungkin berbeda dengan hotel bubble yang transparan untuk menikmati keindahan alam," ujar Bambang menjawab Kompas.com, Sabtu (15/11/2025).
Belum populer di Indonesia
Menurut Bambang, konsep perhotelan ini memang belum terlalu populer di Indonesia. Meskipun sifatnya seperti bangunan satu lantai, tetapi fasilitas harus lengkap dan nyaman minimal seperti hotel bintang tiga. Dengan demikian, investasi pun tidak murah. Bahkan, terkadang kesulitan untuk mendapatkan fasilitas listrik dan air bersih yang memadai.
"Yang lebih banyak tumbuh adalah capsule hotel (hotel kapsul) di daerah perkotaan. Ini lebih ke faktor ekonomis, karena sewanya relatif murah, tapi harus di pusat-pusat kota dan bisnis," tutur dia. Selain itu, belum populernya hotel bubble di Indonesia karena infrastruktur dan sistem keamanan masih belum memadai, khususnya di daerah-daerah eksotis yang kebanyakan lokasinya terpencil. Ini ditambah lagi dengan pasar hotel bubble difokuskan untuk wisatawan mancanegara.
Dengan struktur transparan, hotel bubble tentunya ditakutkan akan mengganggu privasi seseorang yang menginapnya. Namun demikian, kata Bambang, sudah ada kaca-kaca khusus yang dirancang untuk mengubah tampilan transparan menjadi gelap.
"Hanya, saat ini sangat mahal harga kaca tersebut. Juga, di Indonesia sarana transportasi dan jalan yang nyaman masih kurang untuk mendukung pengembangan hotel bubble," tutup dia.
Selanjutnya: Penuhi Kebutuhan Nasional, Inalum Percepat Hilirisasi Aluminium
Menarik Dibaca: Hasil Kumamoto Masters 2025, Gregoria Mariska Tunjung Kembali Mencapai Laga Puncak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













