Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) optimistis dengan prospek pertumbuhannya tahun ini. Selain itu, MBAP juga sedang aktif melakukan diversifikasi ke bisnis non-batubara.
Chandra Lautan, Sekretaris Perusahaan Mitrabara Adiperdana, mengungkapkan bahwa produksi batubara perusahaan hingga Maret 2024 mencapai sekitar 623 ribu ton, dengan penjualan mencapai 617 ribu ton.
Untuk tahun 2024, MBAP menargetkan produksi batubara sebesar 2,01 juta ton dengan target penjualan mencapai 2,3 juta ton. Angka target produksi ini menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,5 juta ton.
Sejak tahun 2024, pemerintah telah menerapkan metode baru dalam menetapkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), yang mensyaratkan rencana strategis selama 3 tahun bagi semua perusahaan pertambangan.
Baca Juga: Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) Anggarkan Belanja Modal US$ 58 Juta di Tahun 2024
RKAB MBAP telah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga tahun 2026, dengan target produksi batubara mencapai 2,45 juta ton.
MBAP memiliki pasar yang mapan untuk produk batubara mereka, dengan Korea Selatan menjadi pasar utama yang mencapai 29% dari total penjualan, diikuti oleh Indonesia 27%, China 18%, Filipina 13%, dan Jepang 6%.
Chandra mengakui bahwa tantangan utama dalam bisnis ini adalah fluktuasi harga batubara yang signifikan, sehingga MBAP terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi biaya guna mencapai keuntungan optimal.
Pada tahun ini, MBAP mengalokasikan dana belanja modal dan investasi sebesar US$ 58 juta atau sekitar Rp 935,6 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.199) untuk mendukung pertumbuhan anak perusahaan mereka.
Sekitar 10,4% dari dana ini akan diinvestasikan langsung di MBAP, sementara sisanya akan diarahkan ke anak perusahaan.
Diversifikasi Bisnis
Chandra menjelaskan bahwa MBAP tetap berkomitmen untuk mencapai target operasional anak usaha sesuai dengan roadmap empat pilar bisnisnya. Selain fokus utama pada tambang batubara, MBAP juga sedang mengeksplorasi potensi tambang lain seperti mineral, andesit, dan lainnya.
MBAP juga telah merambah ke sektor energi terbarukan dengan bisnis pembangkit listrik tenaga surya dan biomassa melalui PT Masdar Mitra Solar Radiance (MMSR).
Pada tahun 2023, MMSR telah mengoperasikan panel surya dengan kapasitas 1,75 MWp, dengan target meningkatkan kapasitas hingga 200 MWp dalam lima tahun mendatang.
Selain itu, PT Malinau Hijau Lestari (MHL) diharapkan akan menjadi pemimpin pasar dalam produksi wood pellet dengan kapasitas 150.000 ton per tahun, yang dijadwalkan untuk memulai produksi pada akhir tahun 2025.
Di sektor agro industri, MBAP memasuki bisnis aquaculture melalui PT Mitradelta Bahari Pratama (MBP), dengan kolaborasi bersama PT Delta Marine Indonesia yang memiliki pengalaman lebih dari 40 tahun dalam budidaya tambak udang vannamei.
MBP saat ini mengoperasikan 20 kolam udang di So Lembo, Nusa Tenggara Barat, dengan target produksi ± 190 ton per tahun, dan merencanakan untuk memperluas operasionalnya hingga 140 kolam dengan produksi mencapai ± 3.000 ton per tahun.
MBAP melihat bahwa bisnis aquaculture memiliki potensi besar untuk pengembangan lebih lanjut, termasuk di sektor hulu dan hilir seperti cold storage dan pengolahan.
Di sektor infrastruktur dan jasa, MBAP turut masuk ke bisnis kontraktor pertambangan melalui PT Mitra Muda Makmur (MMM). MMM bertujuan untuk menjadi kontraktor pertambangan terkemuka yang mampu memberikan layanan kompetitif di industri pertambangan Indonesia.
Meskipun bisnis batubara masih mendominasi pendapatan MBAP hingga akhir tahun 2023, perusahaan optimistis bahwa diversifikasi ini akan memberikan kontribusi signifikan pada kinerja keuangan mereka dalam beberapa tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News