Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Setali tiga uang, miliarder muda juga terdapat pada GoTo, perusahaan hasil merger antara Gojek dan Tokopedia. Kekayaan para pendiri dan toko kunci GoTo seperti Nadiem Anwar Makarim, William Tanuwijaya, Leontinus Alpha Edison, Andre Soelistyo, dan Kevin Bryan Aluwi melonjak signifikan.
Berdasarkan berita sebelumnya, Nadiem Anwar Makarim yang kini berstatus sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI memiliki 58.416 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebesar Rp 13,11 miliar. Dari situ, tercatat bahwa nilai kekayaan Nadiem yang berasal dari kepemilikan sahamnya di GoTo tumbuh 321 kali menjadi Rp 4,22 triliun.
Angka ini dihitung berdasarkan simulasi investasi PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) di Gojek yang mencapai US$ 450 juta, setara Rp 6,4 triliun dengan kepemilikan 89.125 saham.
Pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya menggenggam kepemilikan saham GoTo sebanyak 64.767 unit saham dengan estimasi nilai penyertaan Rp 9,35 miliar. Alhasil, total aset dia di GoTo mencapai Rp 4,68 triliun atau melonjak 500 kali lipat. Saat ini, William masih menjabat sebagai CEO Tokopedia.
Leontinus Alpha Edison memiliki 26.389 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebanyak Rp 5,22 miliar. Nilai aset dia naik 364 kali menjadi Rp 1,90 triliun. Saat ini Leontinus menjabat sebagai Komisaris Tokopedia.
Baca Juga: Bukalapak IPO, Para Pendiri Tidak Memiliki Keistimewaan Hak Suara
Andre Soelistyo memiliki 3.357 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebesar Rp 24,23 miliar. Nilai aset CEO Group GoTo tersebut tumbuh 10 kali lipat menjadi Rp 242,37 miliar.
Kevin Bryan Aluwi memiliki 205 saham GoTo dengan estimasi nilai penyertaan sebesar Rp 1,48 miliar. Sosok yang kini menjabat sebagai CEO Gojek ini memiliki nilai aset sebanyak 14,80 miliar atau melesat 10 kali lipat.
Pengamat Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward berpendapat, para pendiri star up digital memandang bahwa perusahaan yang diinvestasikannya memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang, bukan semata sebagai aset investasi saja.
Wajar saja, ekosistem ekonomi digital yang terus tumbuh membuat banyak investor dari berbagai kalangan berlomba-lomba berinvestasi ke start up digital yang fokus pada sektor tersebut. “Untuk perusahaan digital tak hanya bisa dilihat dari segi aset investasi. Nilai terbesarnya justru knowledge perusahaan tersebut di bidangnya,” ungkap dia, Minggu (11/7).