Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Megaproyek ketenagalistrikan 35.000 Megawatt (MW) masih jauh dari target. Hingga Juli 2020, pembangkit listrik yang sudah beroperasi komersial (COD), mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) atau komisioning baru sebesar 8.382 MW atau 24% dari total proyek.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini dalam paparannya mengungkapkan, sebanyak 19.067 MW (54%) masih dalam tahap konstruksi, 6.528 MW (18%) masih dalam tahap kontrak (PPA) belum konstruksi, 839 MW (2%) masih tahap pengadaan dan 724 MW sisanya masih dalam tahap perencanaan.
Zulkifli mengkategorikan, proyek pembangkit yang sudah komisioning dan memasuki tahap pengerjaan fisik sekitar 78,4% dan 27,6% sisanya masih dalam tahap perencanaan dan PPA namun belum konstruksi.
Baca Juga: Saat Mulan Jameela soroti utang PLN Rp 694,79 triliun dan lonjakan tagihan listrik
"Artinya sudah lebih dari 3/4 program tersebut dimulai pembangunan fisiknya. Sementara yang sudah benar-benar beroperasi adalah 23,9%," terang Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI yang digelar Selasa (25/8).
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2019-2028, Zulkifli menjelaskan bahwa nantinya akan ada tambahan 56,4 Gigawatt (GW). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih mendominasi dengan porsi 48%, lalu pembangkit berbasis gas 22% dan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) 30%.
Dilihat dari porsi kepemilikan pembangkit, dari 56,4 GW tersebut, pembangkit yang dimiliki PLN mencapai 28%, pengembang listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) 43%, kerjasama IPP dan anak perusahaan PLN mencapai 17%, sisanya unallocated dan kerjasama antara wilayah usaha.
Tambahan pembangkit listrik nasional tak hanya berasal dari megaproyek 35.000 MW. Selain megaproyek itu, ada juga program 7.000 MW yang masih berjalan. Hingga Juli 2020, sambung Zulkifli, sebanyak 7.458 MW (94%) sudah COD/SLO atau komisioning sedangkan 458 MW (6%) masih dalam tahap konstruksi.
Baca Juga: Jaga pasokan, begini strategi PLN untuk akuisisi tambang batubara
Sejatinya, kedua program tersebut ditargetkan sudah bisa rampung pada tahun 2023 mendatang. "Sesuai RUPTL 2019-2028, program 35.000 Me dan 7.000 MW direncanakan selesai pada tahun 2023," kata Zulkifli.
Dalam paparannya, direncanakan sudah ada tambahan kapasitas pembangkit sebesar 45.880 MW pada tahun 2023 yang berasal dari program 35.000 MW dan 7.000 MW.