Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk (SCPI) mencatatkan pertumbuhan penjualan di 2018. Adapun di akhir September 2019, penjualan SCPI justru menurun. Manajemen SCPI optimistis pertumbuhan di tahun 2020 tetap terjaga.
Melansir laporan keuangannya di sepanjang 2018, SCPI membukukan penjualan bersih tumbuh 0,92% yoy dari sebelumnya Rp 2,18 triliun di 2017 menjadi Rp 2,20 triliun.
Baca Juga: Penjelasan Merck Sharp Dohme (SCPI) soal proses delisting yang tak kunjung usai
Sekretaris Perusahaan Merck Sharp Dohme Pharma, Erwin Agung menjelaskan industri farmasi di 2018 cukup menantang. "Karena SCPI fokus ke obat inovatif bukan generik," ujarnya saat ditemui Kontan.co.id di Jakarta, Senin (9/3).
Jika melihat lebih rinci ke segmen usaha SCPI, kontribusi segmen primary care (obat sehari-hari) mencatatkan penurunan 3,8% yoy menjadi Rp 1,88 triliun.
Erwin menjelaskan segmen primary care memang diprediksi akan terus menurun ke depannya karena segmen pasarnya makin kompetitif. Adapun yang akan SCPI naikkan segmen vaksin dan onkologi. "Dua segmen itu akan jadi main product." ujarnya.
Tak heran, secara penjualan global, Erwin mengakui produk onkologi yang paling diminati. Adapun obat onkologi/kanker yang dirilis Merck Sharp Dohme punya keunggulan. Obat Immuno-Oncology ini tidak spesifik ke kanker tertentu saja tetapi lebih membantu daya tahan tubuh untuk melawan virus kanker-nya.
Baca Juga: Merck Sharp Dohme Pharma (SCPI) Menambah Kapasitas Produksi Tahun Ini
Di dalam negeri, produk onkologi-nya untuk tumor otak juga sudah masuk ke program BPJS. Meski sudah berencana mengandalkan dua segmen tersebut, Erwin masih enggan menjelaskan soal proyeksi SCPI di Desember 2019.
Namun yang pasti, Erwin bilang pertumbuhan pendapatan di 2019 akan cenderung sama dengan 2018. Artinya jika merujuk ke laporan keuangannya di 2018, pendapatannya akan tumbuh di kisaran 0,92% yoy.
Mengintip paparan publik SCPI, produsen obat ini membukukan penjualan di akhir September 2019 sebesar Rp 1,43 triliun atau turun 11% dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1,62 triliun. Adapun untuk laba sebelum pajak penghasilannya tercatat Rp 136,64 miliar.
Baca Juga: Tambah kapasitas produksi, Merck Sharp Dohme (SCPI) anggarkan capex US$ 4,3 juta
Erwin menjelaskan prospek usaha di 2019 mirip dengan 2018. Katanya, produk inovatif di Indonesia kurang sehingga obat inovatif harganya lumayan tinggi. Walau demikian, daya beli masyarakat belum sesuai dengan yang diinginkan.
Lantas bagaimana dengan prospek usaha Merck Sharp & Dohme Pharma di 2020?. Erwin menjelaskan pasar Indonesia di 2020 ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Erwin bilang di tahun ini akan banyak harapan karena pemerintah menaikkan iuran BPJS untuk mengurangi defisit BPJS di akhir tahun.
Oleh karena industri farmasi Indonesia bisa lebih baik. Adapun untuk di 2020 ini, Erwin memprediksi pertumbuhan penjualan akan lebih baik. "Kemungkinan bisa tumbuh single digit," kata Erwin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News